Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2023

Kita Tak Perlu

  SIANG-SIANG begini harusnya kamu tengah bersiap tidur setelah salat zuhur dan sedikit ngemil sambil mendengarkan lagu-lagu picisan serta membaca beberapa paragraf tulisan di sosmed, atau mungkin sambil membayangkan bagaimana jika kamu tertidur dan bangun-bangun ternyata sudah berada di depan Masjidil Haram atau Masjid Nabawi. Tapi siang ini kamu sedang berada di sebuah ruangan yang walau dikepung pendingin tapi rasanya tetap saja tubuhmu bergolak mendidih. Di hadapanmu kertas berlipat-lipat berisi soal-soal menunggu diisi. Kamu dikelilingi orang yang sama, orang-orang yang sedang menghadapi kertas berlipat-lipat berisi soal-soal yang kudu dikerjakan. Matamu kembali lagi, menatap tajam lipatan kertas di hadapanmu. Tanganmu terlatih membuka lipatan-lipatan kertas. Perlahan sembari mengamati maksud dari semua itu. “Apa-apaan ini?” Keringat tergelincir dari keningmu, menabrak meja. Padahal selama nyaris empat bulan kamu sudah mempersiapkan diri untuk hari ini. Kamu sudah banyak bel

Belajar Berhitung

Kamu tersesat di hutan, dan aku adalah ular yang menemanimu. Layung itu indah, katamu. Terasa hangat di musim yang mulai dingin. Semakin benderang di tengah sore yang perlahan dipeluk malam. Kamu tak jadi melangkahkan kaki. Kita berdua mematung sejenak. Memandangi layung itu. Seolah-olah hendak mengucapkan terima kasih karena telah menutup hari dengan magis. Meski tak saling berkata tapi kita sama-sama tahu. Sebenarnya kalau bisa, kamu dan aku masih ingin menghabiskan separuh usia di sana. Kamu dan aku masih ingin membaringkan diri di atas sore yang hangat sampai kata-kata dan kalimat habis dicerna. Namun itulah indahnya hidup. Karena terbatas, maka segalanya jadi indah. Hal yang sesaatlah yang akan dipenuhi makna. Kesementaraanlah yang akan membuatnya berarti. Tak heran mengapa kita akan selalu jatuh cinta kepada yang fana. Lantas kamu mengeluarkan hapemu. Ingin mencoba mengabadikan keindahan yang sesaat itu. Hendak menangkap kesementaraan itu. Tapi bahkan hape cerdasmu itu tak

Catatan Pementasan

Sandiwara Akan Berakhir Tiga Episode. Si badut melangkah setengah berlari. Sambil sesekali menabrak dinding dan bebatuan. Ia sering terbentur. Merasa kesakitan. Kesakitan yang membuatnya terjebak dalam dua dimensi; dirinya dan orang lain. Kadang ia sadar dan bisa membedakan dengan baik kedua dimensi itu. Tapi seringnya hal itu membuat dirinya kesulitan menemukan dan menapaki realitasnya sendiri. Ia terombang-ambing di antara realitas dirinya dan orang lain. Begitulah hidupnya. Itulah dunia yang dihadapinya. Dunia yang membuatnya berpikir, “Lama-lama kok pusing juga ya…” Kedai Kopi. Demikianlah lakon sandiwara monolog dibuka. Sebuah sandiwara yang barangkali bisa dikatakan mahiwal . Karena tak sebagaimana biasa, sandiwara ini dipentaskan di sebuah kedai kopi. Tentu bukan tanpa alasan. Dalam obrolan santai, Baharzah Martin yang bertindak sebagai Eksekutif Produser berkata begini: “Sekarang orang kan mengenal teater sebagai kesenian yang eksklusif. Selalu dipentaskan di gedung-gedun

(Bukan) Khotbah Nik—ah

  Ijab-Qobul Ini sudah entah keberapa kalinya aku datang ke sebuah pernikahan seorang diri. Kedua puluh atau ketiga puluh kali, mungkin? Entahlah. Dan setiap kali aku mendatangi pernikahan selalu muncul ketakutan: takut ditanya, “Kapan nyusul?” Seolah-olah dunia hanya berputar soal pernikahan, berkembang biak, dan soal menjaga keturunan. Tapi itu dulu. Sebelum aku sadar kalau pertanyaan semacam itu tak perlu diseriusi jawabannya dan tak perlu dipikirkan bagaimana cara menghadapinya. Maka ketika kemarin beberapa ibu-ibu dan nenek-nenek melemparkan pertanyaan “kapan nyusul”, aku kalem menjawab, “Doanya saja.” Dan itu begitu mujarab. Tak ada pertanyaan lanjutan. Tak ada nasihat yang tak perlu. Setiap pernikahan selalu memberiku perasaan sakral dan rawan. Sakral karena itu hanya akan bermakna jika dilakukan sekali seumur hidup, dan rawan karena aku mengerti menjalani hidup dengan pasangan yang sama sampai almarhum butuh energi dan mentalitas jempolan. Oleh karena itu aku selalu emosi