Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2022

Di Atas Mega

Gambar
  Jibril, aku tak menyangka patah hati bisa sesakit ini. Aku malah tak pernah menduga patah hati bisa sem e njangkit ini. Merusak diriku. Merusak banyak bagian dalam tubuhku. Misalnya begini Jibril. Sejak patah hati menjangkiti otakku, setiap hari aku jadi tak bisa tenang. Pikiran dan bayangan kesakitan nyaris setiap malam menghantuiku. Datang kala aku sedang melamun merokok. Datang ketika aku sedang rebahan baca buku. Datang saat aku mendirikan salat isa atau subuh. Pikiran dan bayangan itu begitu kejam. Teramat kejam. Karenanya hari-hariku, kalau sudah seperti itu, tak pernah bisa tenang. Seharian bawaannya ingin menempeleng apa pun yang ada di sekitar. Bisa itu kucing kecil yang setiap hari kuberi makan, atau pengisi daya tel e pon pintarku, atau peci yang kerap kukenakan salat, atau sorban, atau sikat gigi, atau asbak, atau puntung rokok, atau botol minum, atau seperti yang telah kukatakan, apa pun yang ada di sekitarku. Contoh lain misalnya. Sejak patah hati menjangkiti hatiku

Di Teduh Matamu

Gambar
  Ombak ini melemparkanku ke dalam teduh matamu. Di sana aku terdampar tapi tak kelaparan, bagaimanapun. Di sana angin halus mengusir lelahku, memantraiku untuk selalu berbaring, terbaring, nyenyak di dekapanmu. Kau tak membiarkanku kehausan, selain tentu tak membiarkanku kelaparan. Setiap pagi datang kau menghidangkan rindumu untuk sarapan. Setiap siang menjelang kau menyajikan welas asihmu sebagai kudapan. Setiap sore datang kau memberikan air matamu supaya aku terus dalam keadaan segar. Aku selalu senang saat menyantap rindumu. Walau setiap pagi aku menyantapnya, tapi entah bagaimana caranya aku tak pernah merasa bosan. Aku selalu menyukai rindumu. Teksturnya yang basah tapi kenyal. Wanginya yang tajam tapi ramah di hidung tak bikin bersin. Dan rasanya yang benar-benar lezat sehingga begitu sulit buat kuceritakan. Begitu pun dengan welas asihmu itu. Rasanya aku pun tak akan pernah merasa bosan. Bagaimana bisa aku merasa bosan saat welas asihmu terasa begitu nikmat buat menemani me

Di Tanah Kering

Gambar
  Jika hidup memanglah sementara, maka biarkan aku membaringkan seluruh sisa usiaku di bening kelopak matamu. Siapa sangka aku yang kapiran begini bisa terdampar di luasnya hatimu. Aku yang compang-camping. Aku yang lusuh. Aku yang kelaparan. Aku yang kehausan. Bahkan nyaris kehilangan Tuhan. Akhirnya menemukan tempat berbaring. Mendapati lahan subur. Dengan sungai di setiap sisi. Hutan di setiap sudut. Dan hamparan padang rumput di lega dadamu. Berkat dirimu. Aku bisa melanjutkan pengembaraan ini. Kau balut segala nestapa di dalam tubuh ini. Kau rawat segala luka di dalam tubuh ini. Kau basuh segala ragu di dalam tubuh ini. Kau jahit segala lubang. Kau sulam segala rompal. Kau rajut segala asa. Kau kecup segala mimpi di dalam tubuh ini. Aku tak lagi muda. Tapi bukan berarti terlalu tua. Untuk melanjutkan pengembaraan ini. Aku hanya perlu belajar. Terus belajar. Dan selalu belajar. Aku tak lagi muda, memang. Tapi bukan berarti terlalu tua, sudah kukatakan. Untuk melanjutkan p