Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2021

Getar yang Getir

Gambar
  Dua bola mata tertangkap nanar tengah memandang masa depan. Ia diringkus ketika sedang berusaha menyatroni beraneka ragam kemungkinan yang entah itu kasat ataupun tidak. Untung saja pihak berwenang bertindak cepat dan tangkas, sebab menatap masa depan pada musim yang getir adalah kegiatan yang melanggar hukum. Sama halnya seperti berbicara. Beberapa hari yang lalu, mulut-mulut kotor bau comberan juga berhasil diamankan karena diduga tak henti-hentinya bercuap-cuap menyenandungkan lagu-lagu muram sebagai bentuk protes. Di tempat kita ini, di tanah surga ini, kita tak boleh bersedih apalagi berduka. Kerja! Kerja! Kerja! Kita harus semangat. Dajjal memang sudah dekat, bahkan mungkin telah menyusup ke dalam mata, telinga, kepala, atau hati, atau jari. Tapi tenang saja, Nabi Isa belum juga akan turun, dan itu pertanda bahwa negeri kita masih baik-baik saja. Negeri kita ini adalah negeri hukum, maka seyogyanya hukum menjadi panglima yang memimpin kita menuju keadilan. Laporkan saja jik

Dilarang Mencintai Mimpi Indah

Gambar
  Pada bulan Kelapa tahun Anggrek, ketika bintang-bintang tengah bertamasya di hamparan langit, ketika udara dingin saling bercengkrama, dan ketika embun mulai kembali ke dekapan daun dan rumput, seekor Kupu-kupu berwarna biru tengah tertidur pulas di dalam kelopak matahari. Kupu-kupu biru itu tampak cantik. Wajahnya seputih kapas, matanya sejernih telaga, dan rambutnya seindah nyanyian burung. Namun, Kupu-kupu biru itu tampak mengalami hal yang tak beres dalam tidurnya, dan itu nyata terlukis dari tarian murung bibirnya.   Kupu-kupu biru itu terbang dengan leluasa di sebuah pagi yang cerah, dengan udara yang segar dan siraman sinar matahari yang hangat, menuju tempat yang disangkanya adalah taman. Ketika dirinya kemudian sampai, ternyata di sana banyak kupu-kupu lain yang telah berkumpul. Beberapa ada yang bercakap-cakap, ada pula yang memisahkan diri agak jauh dengan menghisap rokok, tapi sebagian banyak dari mereka terlihat begitu gugup dan gelisah entah memikirkan apa, sepert

Berlindung di Bawah Naungan Toa

Gambar
  Kisah ini bermula ketika seekor Kumbang kelapa berwarna hitam terserang insomnia akut yang membuat hati dan pikirannya setiap malam bergelimpangan bagai ditikam maut. Tiap malam Kumbang itu ketakutan di balik serabut kelapa, atau di atas dahan, atau di dalam batang. Tiap malam Kumbang itu dibuat ngeri oleh kenyataan bahwa cintanya telah diputus oleh kekasihnya, Si Kembang kamboja berwarna kuning. Tiap malam Kumbang itu menggigil demi membayangkan esok hari, demi meraba masa depan, demi menerawang nasibnya yang dirasanya selalu sial. Dan setiap menjelang fajar terbit serta sesaat sebelum adzan subuh hinggap di telinga, di akhir kegelisahannya selalu muncul tiga pertanyaan: Apakah ada cinta tanpa tapi? Apakah ada rindu tanpa tepi? Dan; Apakah ada kebahagiaan tanpa tempik? Wallahu’alam... Adzan berkumandang. Ia terbang dari pohon kelapa melewati pohon-pohon mangga, sawo, nangka dan jambu air, mendarat di sekitaran kubah masjid, dan berlindung di bawah naungan toa.   Kasi