Lorong
Aku terjebak dalam lorong ini. Untuk kesekian kalinya, sekali lagi. Sekali lagi dari berkali-kali. Sekali lagi. Sekali lagi. Sekali lagi. Berkali-kali. Berkali-kali. Berkali-kali. Sekali lagi, berkali-kali. Aku terjebak dalam lorong ini. Selalu gagal menghindar. Tak pernah berhasil keluar. Tak bisa mencari jalan keluar. Tak kuasa untuk kembali terjebak. Tak berdaya untuk kembali terhisap. Ke dalam, ke dalam, ke dalam. Dalam. Dalam. Semakin dalam. Aku sendiri yang membangun lorong ini. Dan aku sendiri yang terjebak dalam lorong ini. Aku yang membangunnya. Aku pula yang terjebak di dalam apa yang kubangun. Aku tak menyiapkan pintunya. Aku tak membangun berandanya. Aku hanya membangun lorong. Membangun lorong. Membangun lorong. Terus membangun lorong hingga lupa menyiapkan pintunya hingga lupa membangun berandanya. Aku hanya terus membangun lorong. Terus membangun lorong. Terus membangun lorong. Dan terus membangun lorong. Aku tak pernah bisa keluar dari lorong yang kubangun. Ak