Mengunjungimu Sekali Lagi
Mengunjungimu sekali lagi, dalam ingatanku. Aku tatap kamu, kamu tetap seperti dulu. Seperti biasanya, selalu seperti yang dapat kuingat. Hal itu tak datang dengan semena-mena, melainkan melalui laku tapa dalam durasi ribuan tahun lamanya. Duduk bersila, mengatur nafas, berlatih untuk fokus, dan mengalirkan aliran yang selama ini tersumbat. Terus saja aku ulangi laku tapa semacam itu, sepuluh tahun, seratus tahun, seribu tahun, sampai entah kapan. Aku capek, tentu. Tapi aku puas, selalu. Sebab hanya dengan begitu aku dapat mengunjungimu, hanya dengan begitu aku dapat memelukmu, dan hanya dengan begitu kerinduanku bisa luruh. Aku dan kamu lalu menaiki perahu, mengarungi aliran kerinduan bersama. Berdua kita berceloteh mengenai bunga-bunga yang kita tanam, bersenandung menimbrung kicauan burung di atas pohon di pinggir aliran itu, dan kadang terlelap dalam sunyi merdu percikan air yang memabukkan itu. Oh aku sungguh, berbahagia. Bisa berada di sampingmu, menggengg