Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2021

Menziarahi Rembulan

Gambar
  Rembulan terbaring di balik tanah ini. Tanpa doa-doa. Terjebak dalam keresek berlapis dua berwarna hitam; dikerubungi kegetiran, diselimuti kegelapan. Sebab keresek berbahan plastik sulit terurai, maka dua lapis keresek tersebut kulubangi terlebih dulu sebelum diuruk. Aku sadar, Rembulan mesti tak bakal terima dirinya diperlakukan seperti bangkai, tapi aku tak memiliki cara lain lagi. Aku tak punya pilihan. Aku tak ingin orang-orang mengetahui bahwa keresek hitam yang kukubur itu berisi Rembulan. Kalau sampai orang-orang tahu, celakalah aku. Orang-orang akan mencaci dan mungkin mengutukku karena telah menguburkan Rembulan dengan cara paling serampangan dan primitif. Tapi seperti yang telah kubilang, aku tak memiliki pilihan lain selain menguburkannya dengan cara seperti yang telah kulakukan. Kenyataannya Rembulan memang membenci bagaimana caraku menguburkannya. Aku mengetahuinya, Rembulan kerap datang ke dalam mimpiku untuk memuntahkan amarahnya. Hari itu, hari di mana aku meng

Kuil Matahari

Gambar
  Maaf Sayang, sepertinya aku kehabisan tenaga buat mendirikan kuil yang kamu minta. Inginnya aku menyelesaikannya dalam tempo sesingkat-singkatnya, tapi apa daya, sekarang musim hujan. Matahari jarang keluar. Entah ia tertidur di cakrawala atau tengah berlibur ke bintang-bintang, aku tak tahu. Atau mungkin sedang menyamar menjadi rumput atau ombak, siapa tahu? Yang jelas ia tak pernah tampak, dan selalu menyembunyikan dirinya. Jadi, aku belum mampu membereskannya, membereskan kuil yang kamu minta. Oleh karena, bukankah untuk membangun Kuil Matahari tentunya dibutuhkan sebuah matahari?             Bukannya aku tak lagi mengharapkanmu apalagi tak mencintaimu, tapi seperti yang telah kukatakan tadi, ini musim hujan. Hujan ada di mana-mana. Hujan mengepung tubuhku, hujan menyelimuti diriku. Ia menggenang di tanah yang kuinjak, ia bertaburan di langit yang kutatap, ia menggumpal pada setiap doa yang kuucap. Hujan mampir ke gelas kopiku, merasuk meracuni darahku. Aduhai, tahun ini hujan

Gagu Mengigau

Gambar
  Rupiah terpuruk, Bung! Dolar mencekik. Segala cuaca bersalin hujan. Alam kehilangan keseimbangannya. Sungai-sungai mengamuk menggusur ego dan kekeraskepalaan manusia. Ada kepala anjing meneror di depan pintu. Sekarung kucing ditemukan telah dimutilasi di sebuah restoran. Ular berbisa bergerilya mencari mangsa. Batu-batu diam diguyur nestapa. Perempuan itu menjilat matanya. Buku-buku mengantuk di atas rak. Kursi-kursi malas tak beraturan. Asap rokok mengepung udara. Lampu-lampu mulai menyala sementara perusahaan listrik negara terus menaikkan harga. Sedotan berdiri jemawa. Colokan pasrah untuk selalu diperkosa. Kacamata menggantung pada mata yang resah. Rambut ikal menyusuri tengkuk dan telinga. Sandal-sandal basah kedinginan. Pohon kamboja tak lagi cantik. Kulkas di ruang ini entah apa gunanya. Struk belanja bertabur meresahkan dompet. Kardus dilipat rapi. Langgar hanya berisi perempuan muda tanpa gairah. Dapur ngebul bergermuruh. Kawanan padi terus berontak pada tuan kafe. Penampu