Psoriasis; Mekanisme Bertahan dan Pertengkaran Sepasang Kekasih.

 

Beberapa minggu terakhir kulitku kena. Kering, bersisik, gatal, inginnya selalu digaruk dan digaruk sampai lecet sampai mengeluarkan darah kalau perlu. Aduh, ampun rasanya. Serba salah juga sebenarnya. Digaruk saat gatal rasanya enak sekali, seperti kau sudah menahan berak selama seminggu dan akhirnya dikeluarkan di tempat yang semestinya dengan perasaan bungah. Tapi walau begitu, tetap saja itu tak baik. Tak baik menahan berak selama seminggu. Tak baik menggaruk keterlaluan kulit yang sering terasa gatal. Sialnya kalau tak digaruk, rasa gatalnya sering kali malah menjadi-jadi. Seperti orang yang sedang memperolokmu habis-habisan tapi kau tak punya nyali buat membalas apalagi menempelengnya. Dasar celaka!

Psoriasis ini. Peradangan kulit ini. Sejak kapan aku punya?

Katanya gejala ini mayoritas timbul karena faktor keturunan. Jika ada dari orang tua atau siapa di keluarga yang punya ini penyakit kemungkinan besar penyakit ini menurun. Hanya saja kalau diingat-ingat, tak ada satu pun dari keluargaku yang punya penyakit peradangan kulit jenis ini—tak tahu juga sih kalau ditelisik lebih jauh sampai ke leluhur yang paling luhur. Meski begitu belum ada penelitian yang membuktikannya. Belum ada yang tahu pasti penyebab psoriasis bisa menyerang orang-orang. Apa yang dikatakan dokter juga berdasar dari pengalaman dan kebiasaan-kebiasaan pasiennya saja.

Secara umum gangguan kulit ini dapat muncul di kulit bagian lutut, siku, lengan bawah dan kulit kepala. Persis! Belakangan lutut dan sikuku sering gatal rasanya. Tepat di bagian kulit kering yang melapisi engsel di lutut dan siku. Padahal kulit di bagian engsel tubuh ini kering tapi karena kena psoriasis, kulitku jadi menebal tapi sekaligus mudah terkelupas. Maksudnya, tanpa digaruk pun bisa mengelupas sendiri. Begitu kira-kira keadaannya. Nah, baru diceritakan sudah gatal begini rasanya. Terutama lutut nih, kawan. Garuk, garuk, garuk.

Asumsi pertama, kata dokter. Psoriasis terjadi karena penderita kena gangguan sistem kekebalan tubuh. Hmmm. Sistem kekebalan tubuh. Apa taktik bertahanku sudah usang seperti catenaccio-nya orang-orang Itali? Mungkin saja. Mungkin saja aku kudu mempelajari dan menerapkan sistem pertahanan baru. Siapa sekiranya yang bisa bantu? Pelatih mana yang mau mengajariku? Mikel Arteta? Pep Guardiola? Don Carlo, hallo, apa antum sudi mengajarkan taktik bertahan baru padaku? Tubuh, tubuh. Mekanisme sistem bertahan kita ternyata ketinggalan zaman. Sudah tak relevan diterapkan di era sepak bola modern ini. Soalnya bek zaman kiwari saja sudah tak bermain seperti Franco Baresi, tapi sudah seperti Jurrien Timber atau Oleksander Zinchenko yang mainnya roaming semau-maunya berputar di lapangan. Kadang jadi bek, kadang masuk ke tengah jadi gelandang, kadang melebar ke sayap, kadang jadi penyerang, waduh. Sulit, sulit.

Mari kita coba-coba strategi dan formasi anyar. Sebaiknya, kalau melihat dan meniru mentah-mentah, kita tiru saja formasi dan strategi Mikel Arteta bersama Arsenal. Kita ikuti. Formasi kita ubah jadi 4-3-3, dasarnya. Saat menyerang lalu kita ubah jadi 2-3-5; formasi ini bagus buat menyerang karena kelebaran terjaga dan untuk counter-press pun posisinya tepat. Lantas kala bertahan formasi kita ubah jadi 4-4-2 compact, dengan urutan medium block dan jika diperlukan low block yang rapat. Nah, komposisi pemain bertahan ini yang sulit ditemukan takaran idealnya.

Untuk skema mekanisme bertahan, sudah baik Air Putih jadi kiper; ia bisa build-up dari bawah, refleks jempolan, akurasi passing pun oke. Dua bek tengah: Susu Kental Manis sepertinya kudu diganti Lemon. Susu Kental Manis memang punya ketenangan tapi pass selection-nya buruk dan mudah ditebak. Sedangkan Lemon, memang bukan tipikal pemain bertahan yang punya akurasi passing oke, kelebihannya justru terletak pada kemampuan ball-carrying-nya, dengan begitu ia bisa memprogresi serangan dengan gerakan dan speed-nya yang kencang. Satu bek tengah lain, Buah, sudah oke, tak perlu diganti.

Kemudian untuk dua bek sayap. Kiri; Gehu yang sebelumnya beroperasi di posisi ini jelas kudu diganti. Pilihan yang tersedia di bangku cadangan hanya dua, Pisang Goreng dan Gorengan Tempe; sama-sama masih muda dan belum banyak pengalaman. Tapi jatah tetap kudu diisi, tak apa sedikit mengambil risiko. Pisang Goreng, mulailah pemanasan dan bersiap untuk bermain mengisi pos bek kiri sampai akhir musim. Bek kanan, karena tak ada pilihan tersedia di bangku cadangan untuk posisi ini, maka tetap kupercayakan pos ini padamu, Balabala.

Tiga gelandang di tengah akan tetap diisi oleh Kopi; sebagai gelandang jangkar dan metronom, Teh Tawar; gelandang kiri yang bertugas sebagai gelandang box-to-box, dan Susu Kambing; gelandang kanan yang bertugas sebagai gelandang kreatif untuk menciptakan peluang. Lantas tiga penyerang akan tetap diisi oleh Sayur Sop di kanan, Cumi Asam Manis di kiri, dan Dji Sam Soe Premium yang sudah terbukti andal dalam hal menggedor dan menjebol jala lawan. Semoga formasi dan strategi baru ini berhasil. Kalau tidak, ya namanya juga hidup.

Asumsi kedua, kata dokter. Psoriasis terjadi karena penderita terpapar cuaca yang terlalu dingin dan kering. Nah, nah. Belakangan memang heboh orang-orang menggunjingkan bumi sedang marahan dengan matahari. Fenomena marah-marahan itu, para ilmuwan menyebutnya aphelion. Ah, aku sih maklum. Biasanya bumi dan matahari selalu apel tiap hari, berdekat-dekatan, bermesra-mesraan. Tapi mendadak Juli datang sebagai yang ketiga. Hubungan bumi dan matahari retak, begitulah kemudian bumi mengambil jarak sejauh mungkin dari matahari. Kacau, kacau. Ada-ada saja kelakuan penduduk langit itu. Bumi tak pernah berpikir—lagi-lagi aku maklum saja namanya juga cemburu—kalau ia menjauh dari matahari ia tak akan dapat kehangatan sebagaimana biasa dan akan jatuh kepada musim yang dinginnya melebihi biasa. Matahari sepertinya juga tahan harga, gengsi dong minta maaf duluan. Lagian siapa juga yang memilih pergi sebelum mendapat penjelasan. Dasar.

Tapi untungnya BMKG mau jadi penengah pertengkaran bumi dan matahari. BMKG menjelaskan dengan sejelas-jelasnya supaya tak terjadi kesalahpahaman serupa di kemudian hari. Bahwa aphelion merupakan fenomena astronomis yang memang selalu terjadi setahun sekali di bulan Juli. Nah, kan, Juli dibawa-bawa lagi. Wajar saja, katanya, kalau sepasang kekasih marahan. Namanya juga hubungan, ada naik-turunnya. “Saat aphelion, posisi matahari memang berada pada titik jarak terjauh dari bumi,” terangnya.

Biar tak salah paham, juga untuk mendamaikan situasi pertengkaran sepasang kekasih tadi, BMKG juga menyebut suhu udara dingin ini merupakan fenomena alamiah yang memang biasa terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau. Ya mereka-mereka itu, Juli, Agustus, dan September yang jahil senang mengompor-ngompori sepasang kekasih tadi. Jahilnya agak keterlaluan memang, itu ditandai dengan pergerakan angin dari arah Timur-Tenggara yang berasal dari Australia yang semau-maunya dimain-mainkan.

“Selain dampak angin dari Australia, berkurangnya awan dan hujan di Pula Jawa hingga Nusa Tenggara turut berpengaruh ke suhu yang dingin di malam hari. Sebab, tidak adanya uap air dan air menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer,” ungkap BMKG.

Hmmm… begitu persoalannya. Kompleks juga ternyata. Yah, barangkali memang sudah semestinya hubungan yang serius sering diuji. Karena kalau tak pernah diuji, mau tahu dari mana kalau hubungan itu sudah kuat? Kalau tak pernah dicoba dengan masalah, mau tahu dari mana jika hubungan itu sudah serius? Well, well. Masuk akal juga walau sering kali hidup banyak nonsense-nya.

Eh, tapi kenapa kulit yang jadi korbannya? Ini siapa yang bertengkar siapa yang menanggung akibatnya? Siapa yang berak siapa yang cebok? Waduh, waduh. Kulitku, kulitku, yang sabar antum. Kalau masih merasa tak enak ditahan saja dulu, yakin, pasti berakhir. Jangankan penyakit yang disebut buruk, iman yang disebut baik pun juga ada akhirnya. Semuanya memang akan berakhir. Jadi, tahan, ditahan dulu saja. Dan kau tangan, aku ingatkan, jangan serampangan menggaruk. Kurangi kebiasaan burukmu itu. Kasihan soalnya kalau terus-terusan digaruk, kulit jadi lecet dan bersisik macam salak pondoh.

Kulit, kalau masih tak tahan, sabar ya, pasti akan kubelikan lotion buatmu. Setidaknya itu bisa jadi teman yang menghiburmu di kala udara sedang jahil-jahilnya. Oke?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sang Juru Selamat

September Sebelum Sirna

Tapi...