Untuk Fitri
Puji puji dikumandangkan.
Suara-suara berhamburan.
Cahaya berpendaran.
Luhur
tak terkejar.
Pada keyakinan yang ragu. Ada lorong
menuju ruang. Pengampunan. Penyucian. Semua mengantre menunggu giliran. Untuk ditanya;
apa sudah anjing-anjingnya diberi makan, apa sudah tanaman-tanamannya disiram,
apa sudah kewajiban-kewajibannya ditunaikan.
Zakat fitrah bagaimana?
Angpau sudah disiapkan?
Sudahkah nyali ditimba buat besok
membasuh kaki orang tua?
Malam merangkak pekat, tentu. Hening menusuk
udara, sudah biasa. Apa masih ada dari kita yang lantang menegakkan
ego? Atau, sudahkah kita eling dan menuntun kaki-kaki untuk menjemput kebesaran
di seberang sana?
Kulihat anjing-anjingku sedang gegoleran
sambil menikmati tulang sisa opor. Wajahnya ceria. Hatinya bungah. Gerak-geriknya
semringah. Ada pendar dari mata mereka. Apa kami juga berhak menjemput
kebesaran di seberang sana?
Mereka mengerti. Sebenarnya juga
mafhum. Segala makhluk punya hak. Kewajiban juga menempel dalam wujudnya. Pertanyaan
tadi mungkin hanya rasa ibanya. Pada manusia yang kerap dibekap lupa.
Malam takbiran…
Tuhan, Fitrikah kekasihku?
Komentar
Posting Komentar