Di Jalan 65

 

Perjalanan demi perjalanan. Mimpi demi mimpi. Langkah demi langkah. Sudah sejauh ini dan segalanya menjadi sedekat ini. Banyak lubang di sana. Banyak tikungan berliku. Banyak jalan semakin licin dan curam. Mimpi demi mimpi semakin jauh terlihat di atas sana. Mengapung, berderet, menampakkan dirinya sebagai mega-mega yang subur. Mega-mega yang siap ditanami cita-cita dan harapan. Mega-mega yang siap mengubah doa-doa menjadi kenyataan yang selalu mekar. Tak peduli musim sedang beranjak ke mana tapi kenyataan akan selalu mekar dengan indah, dengan cantik, dengan memukau. Banyak doa memang sering berguguran. Karena dihantam angin kencang. Karena dilanda kekeringan. Terutama karena dikepung keragu-raguan. Namun doa-doa tak berguguran sia-sia. Mereka yang gugur memang mati, tapi setelah itu mereka menjadi pupuk yang menumbuhkan seribu doa-doa. Sepuluh ribu doa-doa. Seratus ribu doa-doa. Hingga bermiliaran doa-doa dan bahkan mungkin triliunan doa-doa. Triliunan doa-doa akan mekar lagi sebagai triliunan kenyataan. Triliunan kenyataan yang indah, triliunan kenyataan yang cantik, triliunan kenyataan yang memukau. Untuk mencapai ke sana, hanya dibutuhkan langkah yang punya ketahanan. Langkah-langkah yang gigih. Langkah-langkah yang ulet. Langkah-langkah, yang dipenuhi keyakinan.

Aku akan berdiri di sana. Mengamati setiap hal dalam perjalanan ini. Menyiasati segala macam kegamangan dalam perjalanan ini. Menghadapi segala jenis penderitaan dalam perjalanan ini. Aku akan berdiri di sana, memandang bentang kehidupan yang seluas samudera sesal ini. Aku akan berdiri di sana. Menancapkan kakiku di atas harapan kita. Aku akan mewujudkan mimpi-mimpi kita. Mimpi-mimpi untuk hidup bersama di sepanjang kehidupan yang pendek. Mimpi-mimpi untuk saling mengasihi di sepanjang usia yang pendek. Mimpi-mimpi untuk saling mencintai di sepanjang keyakinan yang pendek. Aku akan mewujudkan semuanya. Akan akan pergi ke atas sana dan menanam doa-doa di atas mega-mega yang subur. Aku akan rajin menyiramnya. Aku akan rajin mengurusnya. Aku tak akan lalai menjaganya tetap hidup. Sehingga kelak doa-doa yang telah aku tanam bisa tumbuh dan mekar menjadi kenyataan-kenyataan yang indah. Tumbuh dan mekar menjadi kenyataan-kenyataan yang cantik. Tumbuh dan mekar menjadi kenyataan-kenyatan yang memukau. Kenyataan-kenyataan yang akan kita wujudkan bersama. Kenyataan-kenyataan yang akan kita jalani bersama. Sebagai sepasang burung yang bebas. Sebagai sepasang burung yang merdeka. Sebagai sepasang burung yang saling mencintai.

Dan kamu juga akan berdiri di sana. Menyiapkan tempat untuk pulang. Membangun rumah untuk kita tempati. Menanam bunga-bunga di halaman supaya indah. Menanam pohon-pohon di samping rumah supaya rindang. Menanam sayuran di kebun belakang supaya kita tak pernah kelaparan. Ada ayam-ayam yang juga kudu diberi makan. Ada kucing-kucing yang akan selalu membahagiakanmu. Ada anjing-anjing yang akan selalu siaga membantu dan mejagamu. Kamu akan menata segalanya. Kamu akan menyiapkan segalanya. Kamu akan membuat segalanya menjadi indah, menjadi cantik, menjadi memukau. Kamu akan jadi perempuan luar biasa. Tempatku melabuhkan diri saat tersesat. Tempatku membasuh diri saat kotor. Tempatku membaringkan diri saat merasa lelah dengan kehidupan dunia. Tanganmu akan menjadi tulang punggungku. Matamu akan menjadi penerang jalanku. Bibirmu akan menjadi bahan bakarku. Dan kasih sayangmu yang tak akan pernah mati walau aku mengalami kemarau panjang dan lantas menjadi tandus, akan selalu menjadi sumber kehidupan bagiku.

Hingga kemudian kita bertemu. Aku akan menapaki perjalanan ini setapak demi setapak. Kamu akan menapaki perjalanan ini selangkah demi selangkah. Dan kita akan berdiri, dan bertemu, dan menjalani kehidupan bersama di depan sana.

Ah, betapa aku merindukanmu…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sang Juru Selamat

September Sebelum Sirna

Tapi...