Catatan Harian Iblis: Dunia Akan Sempurna Andai Allah Tak Menciptakan Kucing

 


Aku membayangkan akan betapa menyenangkannya dunia tanpa kucing. Membayangkan Allah setelah menciptakan semesta kemudian tak menciptakan kucing. Tak mengisi dunia dengan kucing. Tak memenuhi dunia dengan hewan pemalas tak ada guna itu. Alangkah akan menyenangkannya dunia. Alangkah akan menyenangkannya hidup. Alangkah akan menyenangkannya kegiatan sehari-hari tanpa hewan pemalas tak ada guna itu.

Dunia yang diisi kucing adalah seburuk-buruknya dunia. Dunia yang dipenuhi kucing adalah dunia tanpa makna, dunia sia-sia, dunia tak ada guna. Hidup banyak kehilangan gairahnya. Hidup tak lagi enerjik penuh tenaga. Hidup tak lagi tentang bergerak dan bergerak dan bergerak. Dunia yang diisi kucing adalah dunia lumpuh. Dunia yang dipenuhi kucing adalah dunia sempit. Dunia yang hanya terkubur di dalam ruang. Dunia yang hanya terkurung di dalam kamar. Dunia yang hanya terjebak di dalam kandang.

Semua kucing adalah pemalas. Tak ada itu kucing yang punya jiwa rajin. Misalnya, kalau ada atau ditemukan satu dari semiliar kucing yang ternyata punya jiwa rajin, aku yakin kucing tersebut tengah kesurupan jiwa seekor anjing. Semua kucing hanyalah pemalas. Itu sudah pasti. Setriliun persen semua kucing hanyalah pemalas. Kalaupun ada yang tidak pemalas, berarti mereka akan jadi pemelas. Kucing memang tak bisa dipisahkan dari dua hal itu. Hidupnya hanya ada di antara malas dan melas.

Kucing hanya punya satu kegiatan pasti, yakni rebahan atau gegoleran di semua tempat. Mereka akan dan bisa dan selalu bergoler saat menemukan bantal empuk, selimut hangat, kasur, sofa, sejadah, dan tumpukkan pakaian. Mereka akan bergoler di setiap sudut rumah, di setiap sudut ruang dan waktu. Kalau lapar maka mereka akan menggeliat dan hanya menggeliat sedikit sebelum berteriak meminta jongosnya menyediakan makan. Lantas tak peduli sedang mengerjakan apa, saat mendengar majikannya berteriak memanggil meminta makan si jongos akan bangun dan lari terbirit-birit dan mengambil makan dan mengantarkannya ke hadapan si majikan dengan perasaan ajrih dan bungah.

Tak semua kucing punya kemewahan semacam tadi. Tak semua kucing bisa berteriak minta makan tanpa beranjak dari pembaringannya dan mendapat pelayanan premium dari jongosnya. Itu hanya berlaku bagi kucing kelas atas. Untuk kucing kelas bawah, tentu mereka hanya bisa memelas. Keadaan hidup yang sulit tak menjadikan mereka hewan rajin dan penuh upaya. Walau sulit, terutama walau kelaparan, semua kucing tak akan pernah bersusah payah mencari makan. Ia hanya akan memasang wajah melas, tubuh dibikin seolah lemas, dan mengeong dengan parau bagai sudah tak makan selama sejuta tahun cahaya. Mereka akan menipu orang-orang. Mereka akan membuat orang-orang merasa kasihan padanya, merasa dunia ini kejam padanya, dan dengan begitu diberilah mereka makanan cuma-cuma.

Semua kucing tak becus kerja. Tak ada itu kucing yang pandai kerja. Apalagi bekerja keras untuk menghidupi diri dan keluarga. Tak ada kerja yang bisa dilakukannya. Disuruh berburu mereka tak bisa. Disuruh menjaga keamanan mereka tak bisa. Disuruh mengendus bom mereka tak bisa. Disuruh melacak penjahat mereka tak bisa. Disuruh menangkap maling mereka tak bisa. Disuruh menjaga kebun dari hama mereka tak bisa. Segala jenis kerja dari yang termudah dan apalagi yang tersusah mereka tak bisa kerjakan.

Dalam hidupnya kucing hanya menginginkan hidup enak tanpa kerja. Nikmat tanpa keringat. Damai tanpa perlu banting tulang. Untuk menjamin mendapatkan semua itu, kucing akan menjelma jadi makhluk polos dan lucu. Sehingga orang-orang akan terpikat, akan dililit kesenangan palsu atas nama unyu-unyu dan menggemaskan. Setelah mangsa termakan umpan, menjelmalah mereka jadi makhluk tak tahu diri. Mereka akan merebut segalanya dari manusia. Mereka akan menguasai rumahnya, menguasai kamarnya, menguasai kasurnya, menguasai gajinya, menguasai anak dan cucunya, menguasai segala seluk beluk kehidupannya. Dari ujung kepala sampai kaki. Dari ujung rambut sampai kuku. Jengkal demi jengkal. Inci demi inci. Mereka akan mengisap segalanya. Sampai kosong, sampai kering, sampai tak tersisa. Jika ada satu hal bagus yang bisa dipuji dari seekor kucing, maka itu hanyalah kelicinannya memainkan peran.

Semua kucing adalah garong. Tak ada kucing yang tak garong. Karena kucing hanyalah hewan pemalas dan pemelas yang tak becus kerja, aku pikir tak perlu kaget mendengar bahwa semua kucing adalah garong. Kucing adalah satu-satunya hewan di alam dunia ini yang tak bisa cari makan dengan benar. Jangankan begitu, cari makan dengan salah pun mereka tak bisa. Jangankan begitu, cari makan pun mereka tak bisa. Sudah kukatakan kalau mereka hanyalah hewan licik yang licin yang pandai menipu demi mendapat makan. Mereka pemalas. Mereka pemelas. Mereka tak becus kerja. Lantas apalagi yang bisa dikerjakannya? Tentu saja jika harus dijawab maka jawabannya hanyalah garong. Bukan tanpa alasan mengapa ada istilah kucing garong di dunia ini. Dan bukan anjing garong atau kambing garong atau ayam garong atau …

Kombinasi teramat sempurna. Pemalas, tak becus kerja, yang bisanya hanya menggarong sesuatu milik yang lain. Kalau tak menggarong ya menipu. Kalau bosan menipu ya bermalas-malasan. Kalau tak bermalas-malasan ya bermanja-manja tanpa kerja. Aku pikir tak ada binatang yang hidupnya tak guna dan sia-sia belaka selain kucing. Hanya kucing, dan selalu kucing.

___

Berbeda dengan anjing. Jauh berbeda dan untuk sekadar dibandingkan pun sebenarnya tak mungkin. Kucing yang sia-sia belaka tak mendekati apalagi menyerupai kebermanfaatan seekor anjing bahkan untuk sepersekian nol persen pun.

Allah tak keliru ketika memutuskan menciptakan anjing dan menurunkannya. Aku pikir malah, itu salah satu keputusan terbaik yang pernah dibuat olehnya. Anjing diciptakannya begitu ideal jika enggan berkata sempurna. Mereka makhluk berguna dan bermanfaat. Teruji setia dalam segala keadaan. Tak peduli hidup susah atau apalagi senang, mereka tetaplah setia pada mereka yang menganggapnya kawan.

Semua anjing senang bergerak. Tak ada anjing yang betah hanya hidup berdiam diri di kandang, atau bergoler di tanah atau di kasur atau di mana pun yang sekiranya nikmat. Mereka makhluk cekatan yang senang bergerak. Mengikuti arus oke. Melawan arus ayo. Menerjang arus tak mundur. Mereka bergerak untuk hidup, dan mereka hidup untuk menggerakkan dunia. Kalau kau berkawan dengan seekor anjing, ajaklah ia berjalan-jalan atau suruhlah ia melakukan aktivitas fisik. Niscaya kau akan merasakan gerakan yang mengalir menuju kegembiraan.

Bergerak adalah inti dari kehidupan. Buktikan saja kalau ragu. Kau akan mati tanpa bergerak. Hidup akan monoton tanpa gerak. Langkah tak akan jauh tanpa gerak. Rezeki tak akan mengalir tanpa gerak. Bukankah begitu sebagaimana dikatakan Profesor Quraish Shihab? Hidup selalu tentang bergerak. Ibadah pun selalu perkara bergerak. Sahadat tak lain daripada menggerakan hati. Salat terdiri dari banyak garakan. Zakat ialah menggerakkan harta. Puasa adalah latihan gerak jiwa. Apalagi ibadah haji, yang merupakan ibadah yang sangat fisikal. Tanpa gerak hidup hanya sisa kerak. Bergeraklah untuk hidup. Hiduplah untuk menggerakkan dunia. Tirulah anjing sebagai perumpamaan paling sempurna.

Semua anjing mahir bekerja. Tak ada anjing yang tak bisa kerja. Malah mereka selalu senang jika diajak kerja. Ketangkasannya dalam mengerjakan kerjaan luar biasa. Mereka makhluk luar biasa yang cekatan, disiplin, dan penuh dedikasi. Selalu menjalankan tugas dengan baik. Selalu mengerjakan kerjaannya tanpa cela. Suruhlah anjing menjaga kebun dari hama dan mereka akan mengerjakannya sempurna. Mintalah anjing melacak kriminal, mengendus bom, atau menangkap maling, dan hasilnya tak akan mengecewakan. Tak perlu anjing terlatih untuk melakukan semua itu. Sebab semua anjing memang sudah terlatih. Semua anjing telah dilatih kejamnya dunia. Malah menurut sebagian ubaru, Allah sendiri yang secara langsung melatih anjing. Tak heran jadinya. Jadinya anjing menjelma makhluk luar biasa.

Dan tak ada anjing yang pandai menggarong. Dan sungguh, dalam benak seekor anjing tak pernah sekalipun terpikir untuk menggarong sesuatu milik makhluk lain. Mereka hewan berperasaan yang punya kepekaan tinggi. Mereka makhluk yang punya budi pekerti luhur. Akhlaknya jempolan. Keteguhannya bisa menghancurkan sekalipun itu karang paling keras. Daripada harus hidup sebagai garong, mereka akan senang hati hidup hanya dengan menggelandang. Dari tong sampah ke tong sampah. Dari got ke got. Dari tempat ke tempat. Mereka akan berkelana. Mereka akan mengembara. Hidup senang di dunia, bagi anjing bukanlah tujuan. Sebaliknya, yang paling didambakannya adalah hidup sederhana yang penuh makna. Perut boleh lapar tapi akhlak tetap jempolan. Kalau mati tinggal mati saja. Tak ada kemungkinan terburuk bagi kematian seekor anjing selain daripada hanya digerogoti belatung. Hanya bilatungan dan tak ada balitungan.

___

Aku membayangkan akan betapa menyenangkannya dunia dengan anjing. Membayangkan Allah setelah menciptakan semesta kemudian menciptakan lebih banyak anjing dibanding manusia atau malaikat. Mengisi dunia dengan anjing. Memenuhi dunia dengan binatang pekerja keras itu. Alangkah akan menyenangkannya dunia. Alangkah akan menyenangkannya hidup. Alangkah akan menyenangkannya kegiatan sehari-hari berdampingan dengan binatang pekerja keras itu.

Dunia yang diisi anjing adalah sebaik-baiknya dunia. Dunia yang dipenuhi anjing adalah dunia penuh makna, dunia yang tidak sia-sia, dunia yang disesaki manfaat. Hidup selalu bergairah. Hidup selalu enerjik penuh tenaga. Hidup selalu tentang bergerak dan bergerak dan bergerak. Dunia yang diisi anjing adalah dunia maju. Dunia yang dipenuhi anjing adalah dunia luas. Dunia yang tak bisa diikat ruang. Dunia yang tak bisa dikurung waktu. Dunia yang indah dan penuh kebebasan.

Andai dunia hanya dipenuhi anjing. Pastilah itu dunia teramat sempurna. Andai Allah tak menciptakan kucing. Itulah yang disebut sempurna.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sang Juru Selamat

September Sebelum Sirna

Tapi...