Bidak
Jalan
ini teramat panjang. Seperti tak ada ujung. Sering kali bikin langkah lelah. Sering
kali bikin semangat patah. Sering kali bikin hati resah. Tanya bagai tembok raksasa
Cina. Besar melingkar membatasi ragu dan percaya. Apa benar aku akan sampai di pelabuhan
dalam dadamu?
Jalan
harus tetap ditapaki, tentunya. Tak ada jalan yang terlalu panjang, sebenarnya.
Tak ada jalan yang terlalu sulit. Tak ada jalan yang tak bisa ditaklukkan. Yang
ada hanya seorang pengecut. Yang tak mau berusaha. Yang tak berani mencoba. Yang
tak punya nyali untuk kalah. Cinta memang ladang tandus. Dan kita hanya bisa
menanam kepercayaan. Air hal muskil. Maka selalu siram dengan sabar. Selalu pelihara
dengan ikhlas. Rutinlah membasi hama dengan berbincang. Saling jujur. Tanpa kepura-puraan.
Jalan
tak hanya lurus. Bohong jika makelar surga sering bilang ada jalan yang lurus. Bahkan
untuk ke surga pun, banyak jalan bisa ditempuh. Banyak cara bisa diperbuat. Banyak
makna yang sering tak sampai ke otak. Belokan akan banyak. Tikungan akan tajam.
Hanya dengan keterampilan seorang mahir kita bisa selamat. Belajarlah giat. Tumbuhkanlah
kerja keras. Ulet dan tahan banting. Jangan manja jangan cengeng. Hidup memang
keparat. Tak semua harap bisa kau dapat. Tak semua mimpi mampu kau petik. Kan sudah
kubilang berkali-kali?
Anjing!
Pilihan
tak banyak tersedia. Jika pun banyak tak ada beda. Aku akan memilih jalan ini. Bukan
karena kepalang tanggung. Hanya saja aku lelaki. Dan seorang lelaki tak bisa
hidup dari pelir semata. Terutama kalau hanya mengandalkan cinta. Hidupnya hanya
akan paripurna jika ia mampu menepati apa yang diucapkan mulutnya. Barangkali
dengan begitu, hidupnya akan sedikit bermakna. Perjalanannya akan memiliki
arti.
Pilihan
kerap menipu. Bagi ia yang tak cakap. Bagi ia yang hanya bisa berharap pada
perubahan. Kau tak perlu berubah. Karena kau memang tak bisa berubah. Siapa bilang
manusia itu bisa berubah? Yang bisa dilakukannya hanya bersembunyi di balik
kebohongan. Atau menunjukkan diri di atas kejujuran. Hanya seorang naif yang
percaya hal itu. Serta barang tentu yang kurang pengalaman.
Pilihan
tak selalu jadi jaminan. Ia bukan asuransi tanggap. Ia bukan tabib Cina yang
mampu menyembuhkan apa pun kecuali patah hati. Seumpama rela kau selamanya akan
jadi budak. Seumpama melawan kau akan mati tertikam. Seumpama tak suka kau hanya
akan menderita. Satu-satunya jalan menuju keselamatan. Kau hanya harus memahami
ini. Di atas sana, Tuhan sedang memainkan papan caturnya.
Wallahua'lam.
Komentar
Posting Komentar