Hidup dalam Keranda

 


Jika gerimis mengundang, yang tersisa di meja makan hanyalah bayang-bayang. Kemungkinan yang bisa dikunyah hanya harapan. Itu pun kalau tidak basi. Dan kalau sudah basi mana bisa ditelan. Sudah sebaiknya jatahnya ayam di pagi hari.

Ada ungkapan, kalau lapar makanlah angin, kalau haus minumlah badai. Sebagian besar tubuh mengandung angin. Karena gerak hanya bisa disentuh angin. Karena serak juga disebabkan kekurangan angin. Kalau tubuh terasa kurang angin, tak perlu mampir ke tukang tambal ban buat tambah angin. Ada satu cara walau terkesan kuno tapi ampuh buat menangkap angin. Cara ini tidak bisa dipraktikkan sendiri. Maka dari itu ajaklah entah itu teman, kerabat, atau kekasih. Siapkan peralatan ini. Minyak goreng (kalau ada jangan yang bekas), atau minyak zaitun, dan sediakan koin dengan sisi yang tidak runcing. Kemudian buka bajumu, berbaring akan lebih baik, tapi kalau enggan, duduk juga tak mengapa. Mulailah minta tolong entah itu teman, kerabat, atau kekasih untuk membalurkan minyak goreng atau minyak zaitun ke punggung sebelum lalu mengeroknya. Mintalah untuk mengerok punggung dengan gerakan satu arah. Tak perlu terlalu kencang biar kulit tak lecet. Tapi juga tak boleh terlalu pelan karena akan percuma. Durasi maksimal pengerokan tiga puluh menit. Lebih dari itu sangat tidak disarankan. Jika angin telah terkumpul, punggungmu akan berwarna merah. Itu tandanya kamu selamat, dan sudah terbebas dari kelaparan.

Kalau haus minumlah badai. Bukan berarti rakus. Hanya saja, biar tak dehidrasi melulu. Sebab tubuh butuh banyak cairan. Apalagi bagi mereka yang telaten onani. Mau dari mana bahan dasar sperma kalau tubuh kurang cairan. Maka dari itu banyak-banyaklah minum badai. Beda dari angin yang hanya ada satu cara. Banyak cara mendapat badai. Salah satu di antara yang paling populer dengan melempar tahi ke muka umum. Itu akan memicu keributan. Orang-orang akan marah dan melampiaskan badainya pada dirimu. Kalau enggan melempar tahi ke muka umum, atau kalau kebetulan tahi sulit ditemukan atau sulit diproses pencernaan sebab usus yang kotornya tak karuan, bicarakanlah kejelekan saudara sesama muslim di belakang. Itu memang berisiko, tapi manjurnya bukan main. Akan butuh sedikit sekali waktu untuk akhirnya badai besar menghampirimu. Tubuhmu pun tak akan kekurangan cairan. Kalau sudah begitu, onani pun bisa jadi kegiatan rutinan yang menyenangkan.

Perkara makan dan minum memang bukan perkara enteng. Setidaknya, dua hal tadi tak boleh dianggap enteng. Perhatikan apa yang masuk ke dalam tubuh. Atau apa yang harus masuk ke dalam tubuh. Jangan biarkan sembarang makanan memenuhi tubuh yang sempit. Apalagi kalau tak pernah olahraga. Perhatikan secara seksama dan teliti apa yang boleh dan apa yang sekiranya menguntungkan. Jangan asal lahap. Jangan asal masuk. Bisa-bisa kalau tak pandai menjaga tubuh dan kesehatan, tak mustahil HIV-AIDS bersemayam di sana.

Kemudian untuk menjaga ritme biar sirkulasi dalam hidup tetap mengalir sebagaimana mestinya, sebagaimana mestinya dalam arti, tak gampang kelaparan dan kehausan, bolehlah dicoba satu kiat bermanfaat yang pernah dipraktikkan para karuhun. Yaitu dengan cara hanya makan dedaunan dan tetumbuhan yang hanya dipupuk hujan. Itu akan membebaskanmu dari bahan kimia dalam tubuh. Tubuh niscaya akan kebal terhadap segala penyakit dan godaan. Apalagi jika ditambah puasa tiap akhir bulan. Bisa-bisa sampai mati kamu tak akan pernah terkena penyakit mematikan jenis apa pun.

Pagi tak punya arti kalau kamu tak becus berlari. Siang hanya sisa panasnya kalau kamu kebanyakan malas. Dan malam hanya tempat mimpi-mimpimu berbaring kedinginan tak berdaya kalau kamu hanya pandai mencaci kelam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sang Juru Selamat

September Sebelum Sirna

Tapi...