Menggarap Masa

 


Bila masih mungkin, dan mumpung masih ada, aku ingin melanjutkan perjalanan abadi bersamamu. Aku bersyukur karena masih diberi waktu. Hanya atas kehendak-Nya segalanya menjadi mungkin. Marilah kita garap masa di depan sana.

Wajar jika kau meragukanku. Aku memang sepantasnya diragukan. Lagi pula kita baru memulai. Lagian kita baru belajar menggarap lahan. Aku yang punya pengalaman buruk dan kau yang buta akan ihwal bercocok tanam, mari kita sama-sama belajar. Aku akan belajar lagi. Aku akan kembali belajar bagaimana menggarap lahan dengan benar. Biar apa yang kutanam bisa kupanen bersamamu. Biar apa yang kupanen bersamamu bisa dan cukup untuk menghidupi kita.

Kau pun akan mulai belajar. Kau akan belajar bagaimana menyingkirkan hama tanpa membunuhnya. Kau akan belajar bagaimana menyuburkan tanah hanya dengan membacakannya puisi. Kau akan belajar bagaimana menyemai benih sebagaimana kau menyemai cinta dalam dadamu. Tak akan lama. Aku meyakininya. Tak akan lama, dan kau akan segera menguasai segalanya mengenai bagaimana menggarap lahan.

Masa di depan yang akan kita garap, aku bisa memastikannya padamu, tak akan membuatmu bosan. Kita akan hidup tak hanya berdua. Kita akan ditemani segala makhluk Allah.

Aku akan mengajak anjingku, Si Lobo, untuk menemani kita. Untuk menemani Si Lobo biar tak kesepian, aku pun akan mengajak anjingku yang lain, Si Tince. Si Lobo dan Si Tince akan jatuh cinta sebagaimana kita. Lantas mereka akan punya banyak anak. Mungkin sekitar dua belas ekor. Dan merekalah yang akan meneruskan jejak langkah orang tuanya. Mereka yang akan menemani kita jika, amit-amit, Si Lobo dan Si Tince tiada.

Namun sebelum hal itu terwujud, aku akan terlebih dahulu mengajari Si Lobo berburu dan menjaga garapan kita dari hama. Aku akan mengajarinya sebaik mungkin, sebisa-bisanya. Aku akan melatih fisiknya supaya kuat dan tak mudah capek. Aku akan melatih otaknya dengan menyuruhnya mengunyah buku-buku filsafat. Dengan begitu, ia bisa menjadi anjing yang ganas tapi sekaligus mengasyikan buat diajak ngobrol. Dan mungkin, jika ada masalah yang tak mampu kita pecahkan, Si Lobo bisa memberi solusi? Siapa tahu?

Tak hanya aku, tapi kemudian kau pun akan melatih Si Tince. Kau akan melatihnya, terutama, supaya bisa menyembuhkan tanaman yang sedang sakit atau kurang sehat. Kau akan mengajarinya segala metode pengobatan. Mulai dari cara pengobatan modern paling canggih, seni pengobatan tradisional yang aduhai, serta metode pengobatan spiritual yang luhur. Selain itu, kau juga akan memberi Si Tince kuliah-kuliah mengenai ekonomi. Supaya kelak, ia bisa membuat garapan kita menjadi maju dan untung.

Kemudian, jika kedua belas anak mereka lahir dan hidup dan tumbuh, kita akan memberangkatkan mereka ke negeri-negeri terbaik untuk menimba ilmu. Belum terpikir olehku untuk menamai kedua belas anak mereka. Apa kau ada saran? Atau kita biarkan saja Si Lobo dan Si Tince yang menamainya? Lagi pula mereka kan orang tuanya?

Kedua belas anak Si Lobo dan Si Tince akan menjadi anjing-anjing hebat. Mereka akan tak kalah hebat dengan kedua belas anak Nabi Ya’qub. Oh ya, apa kita namai anak-anak Si Lobo dan Si Tince dengan nama anak-anak Nabi Ya’qub saja? Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Naftali, Gad, Asyer, Isakhar, Zebulon, Yusuf, dan Benjamin.

Ruben. Anak pertama akan kita namai Ruben. Ia akan menimba ilmu di Islandia. Ia akan belajar bagaimana hidup dalam keadaan iklim paling sulit sekalipun. Ia akan belajar cara mengawetkan ikan biar bisa dimakan selama musim dingin yang sembilan bulan lamanya. Ia akan belajar hidup dan berburu langsung dari Bangsa Viking. Sekalian, ia pun akan belajar Bahasa Hopelandic dari empunya, yakni dari Jon Birgisson pentolan Sigur Ros.

Simeon, Lewi, dan Yehuda, akan kita kirim menuju Yggdrasil. Simeon, Lewi, dan Yehuda akan hidup di tiga alam: Midgard, Alfheim, dan Asgard. Dengan begitu, aku berharap mereka bisa menguasai sekaligus ilmu manusia ilmu siluman dan ilmu dewa-dewa. Kemudian mereka akan belajar seluk-beluk pertarungan bersama para Kesatria Ragnarok kawakan. Mereka pun akan belajar bagaimana caranya menenun waktu dari Urd, Verdandi, dan Skuld.

Naftali, Gad, Asyer, Isakhar dan Zebulon, akan kita kirim ke Sumeria. Mereka berempat akan menjadi pustakawan hebat. Mereka akan pandai membaca dan menulis dalam berbagai macam Bahasa. Sebagai contoh, mereka akan lihai menulis puisi menggunakan huruf-huruf paku yang susahnya minta ampun. Keempatnya akan menjadi penulis hebat, yang akan menulis jutaan buku berkelas lintas tema lintas aliran linta kepercayaan. Mereka, semoga harapanku ini terkabul, akan bisa menandingi filsuf-filsuf hebat Yunani dan ulama-ulama Islam kawakan.

Sedangkan dua sisanya, Yusuf, dan si bungsu, Benjamin, akan kita kirim untuk mondok di Lirboyo, Jawa Timur. Aku berharap, mereka berdua bisa menjadi penyangga agama Allah di bumi. Aku ingin mereka bisa menjadi cendikiawan gokil seperti Gus Dur. Atau bisa jadi ulama semengerikan Gus Baha. Dan mudah-mudahan, Yusuf dan Benjamin tidak rewel, dan mau disuruh untuk mondok.

Wallahu’alam!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sang Juru Selamat

September Sebelum Sirna

Tapi...