Lorong

 


Aku terjebak dalam lorong ini. Untuk kesekian kalinya, sekali lagi. Sekali lagi dari berkali-kali. Sekali lagi. Sekali lagi. Sekali lagi. Berkali-kali. Berkali-kali. Berkali-kali. Sekali lagi, berkali-kali.

Aku terjebak dalam lorong ini. Selalu gagal menghindar. Tak pernah berhasil keluar. Tak bisa mencari jalan keluar. Tak kuasa untuk kembali terjebak. Tak berdaya untuk kembali terhisap. Ke dalam, ke dalam, ke dalam. Dalam. Dalam. Semakin dalam.

Aku sendiri yang membangun lorong ini. Dan aku sendiri yang terjebak dalam lorong ini. Aku yang membangunnya. Aku pula yang terjebak di dalam apa yang kubangun. Aku tak menyiapkan pintunya. Aku tak membangun berandanya. Aku hanya membangun lorong. Membangun lorong. Membangun lorong. Terus membangun lorong hingga lupa menyiapkan pintunya hingga lupa membangun berandanya. Aku hanya terus membangun lorong. Terus membangun lorong. Terus membangun lorong. Dan terus membangun lorong.

Aku tak pernah bisa keluar dari lorong yang kubangun. Aku tak pernah bisa walau berkali-kali mencoba. Aku selalu gagal. Aku tak pernah berhasil. Aku hanya menemui jalan buntu. Dan lagi-lagi aku hanya menemui jalan buntu. Jalan buntu yang ternyata kupersiapkan sendiri.

Aku sendirian. Aku kesepian. Aku kedinginan. Tak ada kawan. Tak ada kekasih. Tak ada kerabat. Aku hanya sendiri. Aku hanya berdiri. Aku bagai ditikam duri.

Sering kucoba merobohkan lorong ini. Setiap hari setiap waktu saat ada kesempatan. Aku selalu mencobanya. Aku selalu mengakalinya. Tapi aku selalu gagal. Aku selalu tak berhasil. Aku selalu hanya menemui jalan buntu. Aku bingung. Aku kedinginan. Aku kesepian. Aku sendirian.

Aku hanya ingin, untuk saat ini, jika memang tak bisa keluar dari lorong yang kubangun sendiri, kau datang ke sini. Kau datang menemuiku. Kau datang menemaniku. Kau datang menghangatkanku. Kau datang padaku. Kau datang padaku. Kau datang padaku.

Aku akan menunggumu. Aku akan selalu menunggumu. Aku tak akan pernah tidak menunggumu. Aku di sini. Aku di lorong ini. Aku sendirian. Aku kesepian. Aku kedinginan. Tapi aku akan menunggumu. Aku akan selalu menunggumu. Aku tak akan pernah tidak menunggumu. Aku akan di sini. Menunggu kau menetas. Menunggu kau tumbuh. Menunggu kau datang padaku. Menemuiku. Menemaniku. Menghangatkanku. Bersamaku di dalam lorong ini. Atau, membawaku keluar dari lorong ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sang Juru Selamat

September Sebelum Sirna

Tapi...