Di Ujung Sajadah

 


Jika kelak kutemui kau di ujung sajadah, aku akan mencium keningmu dan menangis. Akan kuingat seluruh kisah perjalanan kita yang barangkali sering kulupakan akibat tololnya dan kurang perhatiannya aku.

Aku akan mencium keningmu dan menangis, akan lama dan begitu lama. Hingga aku mengingat hari itu, hari ketika pertama kali aku menatap binar matamu. Butuh tak banyak waktu untuk tahu kalau kau–lewat kedua matamu– sedang mengatakan aku mencintaimu. Aku tak mungkin salah. Aku terlalu berpengalaman untuk salah. Aku tahu kau jujur, sebab binar matamu tak bisa membohongi perasaanmu yang nyata.

Di ujung sajadah, aku akan mencium keningmu dan menangis. Akan kuingat waktu, kala pertama kali kita memperbincangkan harga sayuran dan buah-buahan dan barang-barang pecah belah. Akan kuingat celotehmu mengenai harga cabe yang tak pernah stabil atau harga tomat yang jatuh tak karuan atau harga wortel yang hanya tak pernah cukup buat beli telor sekilo atau harga piring yang begitu-begitu saja dan tentu harga sendok dan garpu yang hanya senilai amplop saat pergi ke kondangan teman atau kerabat.

Kelak jika kau kutemui di ujung sajadah, aku akan mencium keningmu dan menangis. Akan kukecup segala kenangan yang melibatkan kita, akan kupeluk surat-surat dan buku-buku yang membuat kita jatuh cinta dan menikah. Kelak, sambil mencium keningmu dan menangis, akan kuceritakan kisah pertemuan kita yang tak biasa kepada anak-anak kita. Kepada Niskala akan kuceritakan bagaimana kita bisa jatuh cinta dan menikah, dan kepada Nisrina akan kuceritakan bagaimana perjuangan kita menapaki jalan licin-gelap-menanjak-berbatu-berliku itu. Kalau kau ingin punya anak lebih dari dua, baiklah, akan kuceritakan kepada Nirena mengenai masa muda ibunya yang tak pernah menjaga kesehatan yang mengakibatkan usus dan lambungnya kena.

Jika kau–kelak–kutemui di ujung sajadah, aku akan mencium keningmu dan menangis dan bersujud. Karena hanya kaulah yang mau menerima seorang rongsok sepertiku dengan kasih sayang tanpa syarat dan banyak tanya.

Kau, jika kelak kutemui kau di ujung sajadah, aku mencintaimu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sang Juru Selamat

September Sebelum Sirna

Tapi...