Kisah Akhir Rembulan

 


Seorang lelaki dipatuk rembulan ketika sedang mengaso di kebun belakang rumahnya. Seketika lelaki itu tersungkur, jatuh menabrak mimpi di dalam benaknya. Tubuhnya menggelepar, lemas tanpa daya. Keringat memburu sekujur tubuhnya. Udara berloncatan dari dadanya yang sesak.

___

Alkisah, beberapa jam sebelum lelaki itu mengaso di kebun belakang rumahnya, dirinya tengah dilanda kegamangan. Hari itu, anggrek bulan kesayangannya sedang berulang tahun, dan ia bingung apakah dirinya mesti mengirimkan puisi, atau menulis cerita sebagaimana biasa. Namun, telah lama anggrek bulan kesayangannya mewanti-wanti, jika ingin mengirim sesuatu untuknya, maka kirimkanlah sesuatu yang bermanfaat seperti misalnya doa-doa, daripada sekadar mengiriminya puisi atau sembarang cerita yang tak jelas ujung-pangkalnya.

Begitulah kemudian lelaki itu menjadi gamang. Sebab selama hidupnya, dirinya hanya bisa merangkai puisi dan menulis sebuah cerita, dan tak pandai melafalkan doa-doa, apalagi mahir dalam memanjatkannya.

            Arkian, ketika malam kemudian berkunjung, ia memutuskan untuk mengaso di belakang rumahnya, hendak mengobrolkan kegamangannya kepada keheningan sebelum kemudian rembulan malah mematuknya.

___

Dua tahun terakhir, rembulan memang menjadi agak liar dan galak. Tak ada orang yang tahu mengapa, tapi yang jelas, telah banyak korban berjatuhan karenanya.

            Pernah sekali waktu, seorang lelaki mendadak dipatuk rembulan di akhir tahun ketika sedang menziarahi kenangannya. Setahun setelahnya, seorang lelaki juga dipatuk rembulan ketika dirinya sedang membersihkan diri di sungai meditasi. Di musim hujan yang basah, seorang lelaki lain dipatuk rembulan ketika sedang menyusuri rimba raya masa depan. Di tahun yang lusuh, seorang lelaki lainnya dipatuk rembulan ketika sedang mengarungi aliran darah di dalam pembuluhnya. Dan terakhir, seorang lelaki dipatuk rembulan ketika sedang mengaso di kebun belakang rumahnya.

            Desas-desus menyebutkan, rembulan menjadi liar dan galak sebab kehidupan berlaku tak adil, dan berat sebelah dalam membagi rezeki. Padahal di alam semesta, rembulan terbilang memiliki tugas dan kewajiban yang tak dapat disebut enteng. Setiap malam, ia harus mengangkuti miliaran doa-doa ke pangkuan langit. Setiap malam, ia harus menemani jutaan orang yang tengah kesepian. Setiap malam, ia harus menampung tangisan dari setiap sudut di muka bumi. Dan setiap malam, ia harus menanamkan harapan pada setiap orang yang tengah berputus asa.

___

Kala lelaki itu dipatuk rembulan, anjingnya tengah berada di dapur, sedang menjerang air untuk menyeduh kopi. Ketika kembali ke kebun halaman belakang, anjing tersebut terlonjak demi mendapati lelaki itu telah terkapar begitu rupa. Anjing tersebut bergegas, menyeret lelaki itu ke dalam mobil, dan membawanya ke Puskesmas.

            Di Puskesmas, anjing tersebut menceritakan mengapa lelaki itu bisa terkapar seperti itu. Seorang perawat mendamprat memarahinya sebab membiarkan lelaki yang kini tengah terbaring itu sendirian mengobrol dengan keheningan di malam hari. “Sudah tahu musim sedang tak karuan begini! Banyak cinta dihambur-hamburkan. Banyak mimpi ditertawakan. Dan banyak hati yang dipatahkan kenyataan!” cecar perawat tersebut. Menyadari benarnya omongan perawat itu, anjing tersebut tak berkomentar.

            Selang infus yang berisi semangat dan kata-kata bijak dipasang di dada dan kepala lelaki tersebut. Tapi setelah dua tahun dirawat, seorang dokter berkata begini kepada anjing tersebut:

            “Tahukah kamu siapa perempuan yang dicintai lelaki ini?”

            Si anjing menggeleng.

“Lelaki temanmu ini, tengah sekarat oleh mimpi-mimpi. Hanya kecupan dari perempuan yang begitu dicintainya yang bisa menyelamatkannya.”

            Si anjing termangu. Masalahanya ia tak tahu siapa perempuan yang sangat dicintai oleh lelaki tersebut.

            “Selain sebuah kecupan dari perempuan yang sangat dicintainya, Dokter?” tanya si anjing kemudian.

            “Ia butuh cinta baru yang masih hangat.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sang Juru Selamat

September Sebelum Sirna

Tapi...