Satu Jengkal Sebelum Subuh
Bagaimana bisa kau di surga
sementara selama ini kau berada di dalam
hatiku?
Jani, aku merindukanmu. Begitu merindukanmu, sayang. Apa kau juga
merasakan hal yang sama? Ah Janiku, kuharap kau pun begitu. Mungkin itu pula
sebabnya kau saban hari mengunjungiku dalam mimpi. Tapi naasnya aku tak
memiliki kendali atas mimpi. Aku tak bisa berlama-lama di sana untuk
menemanimu, berbincang denganmu, dan meluruhkan kerinduan kita. Andai saja aku
bisa Jani, tapi saat ini keadaan tak memungkinkanku untuk melakukannya. Dari
jauh, dan hanya dari jauhlah aku bisa mengingatmu, terlebih merindukanmu.
Jani, entah aku bingung mesti
bagaimana menjelaskannya padamu. Aku telah berusaha semampuku untuk mewujudkan
keinginanmu. Maafkan aku Jani. Segalanya menjadi semakin begitu rumit.
Bangun,
tolol! Ini sudah dini hari dan kau masih saja belum membuka matamu apalagi
otakmu. Makan dulu sana. Jangan karena ketololanmu itu kau lantas menyiksa
dirimu sebegini rupa, tak perlu. Lagi pula ia memang telah memilih, ia telah
menentukan langkah, ia telah pergi. Tak usah lagi kau menyesalinya, buat apa
pula kau menyesalinya? Tak ada guna.
Ketika seorang perempuan telah memutuskan untuk pergi darimu,
maka ia memang benar-benar akan meninggalkanmu. Ia tak akan peduli padamu,
terlebih pada perasaanmu oleh karena ia juga membawa lukanya sendiri. Tuhan
memang Maha Pengampun, tapi perempuan jelas bukanlah Tuhan yang akan memberimu
ampunan, walau itu secuil. Walau kau mengemis, walau kau menghinakan diri di
hadapannya, itu percuma kawan. Upaya dari seorang lelaki tolol sepertimu akan
selalu terlihat percuma bagi seorang perempuan tak ada ampun sepertinya.
Menyerah saja. Hentikan upaya tololmu itu. Bangun kawan,
sebab ini sudah dini hari dan tak lama lagi subuh akan menjemputmu. Pergilah
dengannya, ceritakanlah segala dukamu itu padanya. Ia akan menghangatkanmu
terlebih menenangkanmu. Kalau perlu menangis maka menangis saja, tak usah malu
apalagi gengsi. Ceritakan tentang perempuan itu, ceritakanlah segalanya tentang
perempuan itu padanya. Ceritakan padanya bahwa kau begitu mencintainya, bahwa
kau begitu memujanya. Percayalah padaku, subuh merupakan seorang pendengar yang
baik. Tak usah kaututup-tutupi, buka saja segalanya.
Mandi dulu sana, bersihkan dirimu. Keramasi rambutmu, sikat
gigimu, sabuni seluruh tubuhmu biar wangi terlebih bersih. Selepas itu
berpakaianlah yang layak, jangan permalukan dirimu. Pakailah itu parfum,
guyurkan ke segala penjuru tubuhmu. Gelarlah itu kain, berdirilah, dan
pertama-tama angkat kedua tanganmu sebelum kemudian kaulipat ke atas perut.
Setelah itu, mulailah bercerita. Ceritakanlah semuanya. Ceritakanlah segalanya.
Ceritakanlah pada setiap subuh, ceritakanlah sampai kau
mampus.
Komentar
Posting Komentar