Kami Rindu; Jani
Pagi, sekitar jam enam Ulfah
mengirim pesan singkat pada kekasihnya yang berisi pemberitahuan kalau dirinya
memang positif hamil. Hari itu, genap sudah lima belas hari dirinya telat dari
jadwal menstruasinya.
Awalnya Ulfah, tak terlalu
merisaukan kemungkinan kalau dirinya hamil. Ini disebabkan kenyataan bahwa
memang jadwal menstruasinya tak pernah pasti, dan selalu berubah-ubah setiap
bulannya. Kadang biasanya jadwal menstruasinya hanya mundur beberapa hari saja.
Tapi pernah juga jadwal menstruasinya mundur sampai sepuluh hari, dan bahkan
sampai hampir dua minggu. Itu adalah hal biasa baginya. Ia pun juga tak pernah
menaruh curiga atau merasa aneh saat dirinya selama dua minggu belakangan ini
selalu mual-mual merasa ingin memuntahkan sesuatu. Ulfah tenang-tenang saja, hanya
berpikir mungkin dirinya sedang masuk angin karena kurang makan dan istirahat. Dan
lagi-lagi, itu juga hal biasa baginya.
Namun kemarin Ulfah agak sedikit
khawatir. Setelah genap empat belas hari, ia heran mengapa dirinya masih belum
juga menstruasi. Ia berpikir apa mungkin bulan ini jadwal menstruasinya mundur
menjadi lima belas hari, atau enam belas hari, atau dua puluh hari. Tapi kemudian,
Ulfah ragu atas pendapatnya sendiri. Sebab selama ini, kalau pun jadwal
menstruasinya harus mundur, maka tidak akan dan tidak pernah lebih dari empat
belas hari. Ia pun kemudian menceritakan situasi ini pada kekasihnya, dan
kekasihnya, dengan alasan supaya mereka berdua bisa tenang, menyarankannya
untuk segera membeli test pack. Dan
begitulah kemarin malam kemudian Ulfah dengan agak sedikit malu membelinya di
apotek dekat kontrakannya. Sebab untuk mendapatkan hasil yang akurat test pack harus digunakan pada saat
setelah bangun tidur di pagi hari, maka pagi ini hasilnya baru diketahui. Dan
ternyata bergaris dua, positif. Ulfah hamil.
***
Harus diakui bahwa memang selama
sebulan terakhir, Ulfah dan Furqon sering melakukan hubungan seks. Walau sudah berpacaran selama hampir
setahun, tapi awal petaka ini baru dimulai pada saat mereka berada di tahun
kedua perkuliahan, tepatnya di semester empat. Saat itu, malam-malam mereka
sedang berduaan menonton film di laptop, di kosan Furqon. Kebetulan saat itu kosan
sedang sepi, sebab teman-teman di kamar lain sedang keluar bermalam mingguan. Sebenarnya,
baik Ulfah maupun Furqon, tak pernah di antara mereka terbesit sedikit pun
meski hanya dalam pikiran niat untuk saling menyetubuhi. Mereka sudah sering membicarakan
terkait tentang apa-apa yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan sebagai
sepasang kekasih. Dan terutama perihal berhubungan seks, mereka berdua
bersepakat tak akan pernah mencoba dengan alasan apapun apalagi sampai
menjadikannya kegiatan rutin pengisi waktu luang.
Hanya saja, semua berbeda pada malam
itu. Saat mereka sedang khusuk menonton film, tiba-tiba listrik kosan mati.
Setelah diperiksa ke luar, ternyata hampir di seluruh wilayah tersebut
mengalami hal yang sama. Saat itulah, pada saat listrik mati, mereka berdua
hanya terdiam di kamar, bersampingan, sangat dekat. Ulfah kemudian memulai
berbasa-basi untuk sekadar mengusir kecanggungan di antara mereka dengan
menanyakan hal-hal seputar apakah Furqon sudah makan atau belum, dan
mengajaknya untuk membeli makan kalau nanti listrik sudah menyala. Furqon
menjawab pertanyaan tersebut sekenanya, antara mau atau tidak juga tak begitu
jelas. Lalu di antara kecanggungan yang sedang membekap mereka di kegelapan,
tiba-tiba saja tangan Furqon merayap menjelajahi dada kekasihnya. Anehnya Ulfah
hanya diam, tak meresponnya. Ia hanya sibuk berpikir betapa adrenalin yang
sekarang sedang dirasakannya sangat menghanyutkannya, dan lebih aneh lagi, ia
tak ingin semua ini berakhir dengan cepat.
Furqon membaca dan memahami serta kemudian menafsirkan bahwa respon
Ulfah adalah lampu hijau baginya. Ia pun melanjutkan. Tangan yang tadinya hanya
mengusap-usap, kini berubah menjadi sedikit agak meremas namun dengan tetap
perlahan. Barulah beberapa menit setelahnya, Furqon mulai sedikit mengencangkan
remasannya, dan sesekali menekan dan mencapit puting Ulfah dengan telunjuk dan
ibu jarinya. Tanpa menyadarinya, Ulfah mendesah. Betapa sensasi yang
ditimbulkan oleh ulah Furqon begitu memberikan efek getar kenikmatan yang tak
pernah ia rasakan sebelumnya. Getaran-getaran tersebut tepat sasaran, menyasar titik
yang dengan mudah membuat Ulfah basah.
Lagi-lagi Furqon paham makna desahan tersebut. Ia kemudian
mengatur posisi duduknya supaya berhadapan dengan kekasihnya itu. Tetap dengan
penuh kehati-hatian, ia melingkarkan kedua tangannya, masuk ke dalam kaos, dan
melepas kutang Ulfah. Sekarang tak ada kutang yang menghalangi tangan Furqon,
ia lalu menggenggam penuh payudara kekasihnya itu, memijatnya, meremasnya, dan
tak lupa kembali memainkan putingnya. Desahan Ulfah semakin menjadi, dan ia pun
menjadi semakin basah. Mendengar desahan Ulfah yang sedemikian rupa itu, kesabaran
Furqon akhirnya lenyap. Tiba-tiba saja, kemudian ia langsung melumat bibir
Ulfah dengan penuh berahi. Tak disangka, Ulfah membalasnya tak kalah berahi.
Sepasang kekasih itu kemudian larut dalam satu ciuman yang dahsyat, ciuman para
pemula. Dan tak sampai di situ, Furqon lalu melepas kerudung, baju, kutang,
celana, dan celana dalam Ulfah dengan cepat, sebelum kemudian ia juga menyusul menelanjangi
dirinya sendiri.
Bermandikan keringat, dengan nafas tersengal, dan dalam
kegelapan, sepasang kekasih itu bersetubuh. Dan seperti sebuah persetubuhan
para pemula pada umumnya, persetubuhan mereka berdua berlangsung singkat.
Hari-hari setelah kejadian malam itu mengubah mereka berdua.
Seperti sepasang suami-istri baru, mereka berdua tak pernah letih untuk bersetubuh.
Kebanyakan mereka merencanakan jadwal untuk bersetubuh, menyesuaikan kapan
kontrakan Ulfah atau kosan Furqon kosong. Dan mereka akan bersetubuh dengan
begitu liarnya. Namun tak jarang, mereka juga melakukan persetubuhan itu dengan
spontan, merespon keadaan kosan atau kontrakan. Demi terhindar dari rasa jenuh
persetubuhan yang begitu-gitu saja, dan demi dapat merasakan sensasi-sensai baru
yang belum pernah mereka rasakan, Ulfah dan Furqon juga rajin melakukan
eksplorasi seks secara bertahap.
Sadar bahwa demi kesehatan dan keamanan, mereka berdua memulai
eksplorasi pertama dengan bersetubuh menggunakan kondom, dan ini hanya
berlangsung beberapa kali. Sebab, setelah mereka berdiskusi mengenai kenikmatan
yang dicapai oleh masing-masing, mereka berdua sepakat bahwa kondom sangat
mengurangi esensi, sensasi, dan kenikmatan dari sebuah persetubuhan. Untuk
selanjutnya, mereka pun tak pernah lagi bersetubuh memakai kondom, dan pada
detik-detik Furqon akan mencapai klimaks ia akan dengan gesit mencabut
kemaluannya dan memuntahkan isinya di luar.
Dalam eksplorasi selanjutnya, Ulfah dan Furqon kemudian mencoba
bermacam variasi persetubuhan yang mereka pelajari dari youtube. Dan yang paling sering mereka praktekkan setelah mencoba
beragam cara dan kemudian menjadi posisi andalan sekaligus favorit adalah tentu
yang pertama misionaris, lalu
berlanjut ke doggy style, spooning, dan
cow girl. Hanya empat macam gaya itu serta dengan
sedikit modifikasi Ulfah dan Fuqron melakukan persetubuhan seterusnya. Namun
terkadang kalau sedang malas, Ulfah dan Furqon hanya melakukan oral sex saja.
Demikianlah Ulfah dan Furqon sering menghabiskan waktu luangnya
melalui laku persetubuhan. Dan pagi ini, persetubuhan itu membuahkan hasil.
***
Kabar mengenai kehamilan Ulfah ini membuat Fruqon lemas,
ternyata benar kekasihnya itu memang hamil, batinnya. Awalnya Furqon juga sama
seperti Ulfah, tak terlalu mengkhawatirkan saat tahu kekasihnya tidak
menstruasi selama dua minggu karena memang ia tahu belaka bahwa jadwal
menstruasi kekasihnya itu tak pernah sama. Namun saat Ulfah mengirim foto test pack bergaris dua pagi itu, ia
merasa semua menjadi gelap.
Furqon mencoba tetap tenang, berusaha menguasai keadaan. Pagi
itu, ia langsung menelpon kekasihnya bahwa dirinya akan segera ke kontrakannya untuk
membicarakan perihal kehamilannya secara langsung, “biar enak” katanya.
Di kontrakan, di kamar Ulfah, mereka berdua pelan-pelan mulai
membicarakan masalah kehamilan ini. Dimulai dari Furqon yang menjelaskan pada
Ulfah bahwa dirinya tak pernah sekalipun membuang spermanya di dalam. Ia
bersumpah, tak pernah! Dan buat apa juga Furqon mengambil resiko itu hanya demi
kenikmatan. Ulfah hanya diam, sambil sesekali meneteskan air mata, mengelapnya
dengan tisu, dan terus seperti itu. Furqon kemudian kembali mencoba menenangkan
Ulfah, ia bilang yang sekarang harus mereka pikirkan adalah mencari solusi atas
masalah yang sedang menimpa mereka. Maka Furqon pun bertanya, apa yang Ulfah
inginkan. Apa Ulfah ingin supaya kehamilan itu diteruskan, dan lantas meminta
pertanggungjawaban Furqon, tanyanya. Kalau memang Ulfah menginginkan hal itu,
maka Furqon siap untuk bertanggung jawab, ia tak akan lari.
Demi mendengar Furqon berbicara
seperti itu, tangisan Ulfah malah makin menjadi. Furqon lalu merangkul Ulfah,
mencoba kembali menenangkannya dengan memeluknya. Sembari tetap memeluknya,
Furqon lalu meminta maaf pada kekasihnya itu. Ia meminta maaf, bahwa gara-gara
dirinya sekarang Ulfah hamil. Ia juga berkata pada Ulfah bahwa semua ini
salahnya, Furqon yang salah. Kalau malam itu ia tak berani macam-macam dengan
memegang dada Ulfah, kehamilan ini tak akan pernah terjadi. Furqon menyesal
telah melakukan itu semua. Furqon kembali menegaskan pada Ulfah bahwa dirinya
siap bertanggung jawab serta akan memenuhi apapun keinginan Ulfah. Ia berjanji.
Selang satu jam kemudian, barulah Ulfah bisa tenang serta mulai berbicara.
“Ya, kamu memang salah, tapi aku
juga salah. Ini salah kita. Kita yang salah.” Ucap Ulfah.
Hati-hati, Furqon kemudian bertanya “Jadi sekarang, kamu
maunya gimana? Mau aku tanggung jawab terus nikahin kamu, atau bagaimana?”
“Menikah setelah aku hamil seperti ini tak akan memperbaiki
apapun, itu malah bakal bikin keluarga kita malu. Bikin orang tua kita malu.
Kita jadi bahan omongan tetangga, anak kita nanti jadi omongan juga, bahkan
mungkin anak dari anak kita bakal jadi omongan juga. Sudah menjadi tugas orang-orang
untuk selalu mengingat aib seseorang dengan baik.”
“Jadi?”
“Kita gugurkan saja.” Datar Ulfah menjawab.
Selain alasan tersebut, Ulfah lalu mengingatkan bahwa mereka
sekarang masih kuliah. Bayangkan saja bagaimana perasaan orang tua di kampung
yang sudah membanting tulang membiayai kuliah kalau tahu kelakuan mereka,
apalagi orang tua Ulfah yang berharap besar padanya untuk meneruskan mengelola
yayasan keluarga. Jadi sekarang, memang yang paling masuk akal adalah
menggugurkan kandungannya, dan kembali ke kehidupan seperti biasanya. Keputusan
sudah diambil. Ulfah dan Furqon sepakat bahwa inilah jalan terbaik yang dapat
menyelamatkan mereka berdua. Di benak mereka, sudah tak terpikir apakah tindakan
yang akan mereka lakukan merupakan suatu dosa atau tidak. Ulfah dan Furqon
sudah tak peduli, ini semua demi kebaikan mereka.
***
Bermacam cara telah mereka lakukan tapi janin dalam kandungan
Ulfah belum juga mau keluar. Mereka awalnya memulai mencari cara-cara
menggugurkan kandungan dari google.
Banyak cara yang mereka temukan, dan yang paling gampang untuk kondisi mereka
saat itu adalah menggugurkannya dengan cara sealami mungkin. Banyak mengonsumsi
nanas muda dan minuman bersoda, itu yang pertama Ulfah lakukan. Maka setelah
itu, setiap hari, nanas muda dan minuman bersoda menjadi menu wajib bagi Ulfah.
Sebulan lamanya Ulfah melakukan itu, tapi belum juga ada tanda-tanda
kandungannya akan gugur.
Kemudian tentu mereka mencari cara lain untuk menggugurkan
kandungan setelah nanas muda dan minuman bersoda belum berhasil. Maka, setelah
mereka kembali mencari di google, Ulfah
dan Furqon berencana menggugurkannya dengan pergi ke dukun beranak. Setelah
berdiskusi panjang lebar, Ulfah dan Furqon pun sepakat untuk melakukannya.
Tempat si dukun beranak ini tak terlalu jauh dari kota, hanya
perlu empat puluh menit perjalanan menggunakan sepeda motor. Dan anehnya,
tempat prakteknya terkesan terang-terangan sebab rumah yang mereka kunjungi
berada di komplek perumahan padat penduduk. Yang membuat orang-orang sekitar
tidak curiga mungkin karena di depan rumahnya, si dukun beranak menuliskan embel-embel
bahwa ini adalah ‘tempat pengobatan tradisional.’ Melihat hal itu, Ulfah dan
Furqon agak ragu sebenarnya. Namun ingatan akan masa depan yang suram kalau kandungan
ini tak digugurkan, membulatkan tekad mereka.
Setelah dipersilakan masuk, Ulfah dan Furqon kemudian diajak
untuk masuk ke dalam kamar kerja. Tak banyak berbasa-basi, si dukun beranak
bertanya perihal maksud dan tujuan mereka datang. Furqon kemudian, dengan
terbata-bata menjelaskan bahwa maksud mereka datang menemuinya adalah untuk
menggugurkan kandungan.
“Kalian masih kuliah?” Tanya si dukun beranak.
“Masih bu.”
“Benar kalian sudah memikirkan ini matang-matang?”
“Benar bu.” Kali ini Ulfah, dingin.
Si dukun beranak menarik nafas panjang, menatap lekat Ulfah
dan Furqon. Ia kemudian mengatakan bahwa dirinya akan membantu mereka berdua,
dan menjelaskan bagaimana cara melakukannya. Si dukun beranak berkata bahwa
pertama, ia akan mengendorkan cengkraman janin di rahim Ulfah dengan cara memijatnya
di titik-titik tertentu dan Ulfah akan merasakan sakit yang luar biasa. Pemijatan
itu akan berlangsung selama setengah jam. Si dukun beranak kemudian kembali
bertanya apakah Ulfah bersedia, dan Ulfah menjawab “apapun akan saya lakukan
untuk menggugurkan kandungan ini, bu.”
Si dukun beranak lalu melanjutkan menjelaskan tahapan
selanjutnya. Ia berkata bahwa selanjutnya Ulfah harus meminum jamu racikannya
dengan rutin yang rasanya akan sangat pahit. Dan mudah ditebak, Ulfah sama
sekali tak masalah dengan hal itu. Dan setelah mendengar bulatnya tekad mereka
untuk menggugurkan kandungan, hari itu juga si dukun beranak memulai mencoba ‘menyelamatkan’
Ulfah dan Furqon.
***
Ulfah dan Furqon akan bertemu dua kali dalam seminggu dengan
si dukun beranak, setiap hari senin dan kamis. Menurut perhitungan si dukun
beranak, butuh waktu sebulan lamanya untuk mengeluarkan janin dari rahim Ulfah.
Itu artinya, hanya delapan kali pertemuan. Namun perhitungan hanya berkutat
pada angka, dan kenyataan bukan melulu soal angka-angka. Pada pertemuan ke
delapan, dengan raut serius si dukun beranak menyampaikan kenyataan itu. Ia
berkata bahwa janin di dalam perut Ulfah masih belum melunak, dan bahkan malah
semakin erat mencengkram rahimnya. Padahal seharusnya, dan normalnya, setelah
pertemuan ke tujuh Ulfah akan mengalami pendarahan dan mengeluarkan
gumpalan-gumpalan kecil dari kemaluannya, yang artinya kandungannya sudah
gugur. Lalu pada pertemuan ke delapan, si dukun beranak akan memijat Ulfah
untuk mengembalikan posisi rahimnya ke keadaan normal.
“Jadi bagaimana, bu?” Tanya Ulfah gemetar.
“Saya tak bisa melanjutkannya, terlalu beresiko.” Jawab si
dukun beranak tenang. Setelah itu ia kemudian banyak berbicara menjelaskan
terkait terlalu besarnya resiko yang akan Ulfah terima jika hal itu terus
dilanjutkan. Dan yang mengejutkan Ulfah dan Furqon, bahwa bisa-bisa nyawa Ulfah
terancam jika terus menerus memaksakan menggugurkan kandungan melalui
pijatannya. Dan jelas, si dukun beranak tak mau mengambil resiko itu.
Si dukun beranak malah menyarankan pada Ulfah dan Furqon agar
mempertahankan kandungan itu. Tak usah malu, dan jangan terlalu memikirkan apa
yang akan dikatakan orang-orang nanti. Jalani saja, yang perlu dilakukan
hanyalah pulang ke rumah dan berbicara sejujurnya pada orang tua masing-masing.
Awalnya mungkin orang tua akan marah, sangat marah. Tapi kemudian, seiring berjalannya
waktu, orang tua perlahan akan menerimanya. Semua hanya butuh waktu. Dan jangan
lupa, yang terakhir banyak-banyaklah berdoa pada Tuhan supaya semuanya
dilancarkan dan dimudahkan.
Namun kenyataan yang dihadapi oleh Ulfah dan Furqon tak
semudah seperti omongan dukun beranak itu. Ia tak pernah tahu, bahwa orang tua
mereka di rumah menaruh harapan besar pada mereka berdua untuk menyelesaikan
kuliahnya dan menjadi sarjana. Mungkin benar, kemaluan hanya menciptakan rasa
malu yang tak seberapa sebab kasus hamil di luar nikah pada situasi zaman seperti
sekarang sudah menjadi hal yang lazim, apalagi bagi anak muda. Namun lebih dari
itu, yang mereka takutkan bukan perihal rasa malu semata tapi, perasaan bersalah
pada orang tua, dan mereka sangat mencintai orang tuanya.
***
Jani,
tak seperti bayi-bayi mungil lainnya, lahir di dalam kamar mandi kontrakan
ibunya. Tak ada tangis haru dari ayahnya, tak ada tangis lega dari
kakek-neneknya, tak juga mendengar adzan di telinganya.
Begitulah ceritanya berlanjut; Ulfah mengeluarkan bayi
berumur tiga bulan dari dalam perutnya di kamar mandi kontrakannya pada siang
bolong di tengah bulan ramadhan. Saat itu kebetulan kontrakan tidak terlalu
ramai, hanya ada dua orang teman. Furqon juga setia menemani kekasihnya, dan
siang jam sebelas tadi Furqon pulalah yang memasukan kapsul ke dalam vagina
kekasihnya. Sementara kapsul sudah dimasukkan ke dalam vagina, setelah itu
Ulfah juga harus meminum dua tablet yang masing-masing berfungsi sebagai
peluntur dan penghancur janin di dalam perut. Dikatakan di dalam petunjuk
penggunaannya, bahwa janin akan keluar setelah dua jam kemudian. Benar saja. Perkara
dari mana mereka mendapat ide gila semacam itu, kita harus menengok Furqon dua
minggu yang lalu.
Dua minggu yang lalu di tengah terik kota di sumuk udara di
perempatan lampu merah Brimob di tiang lampu terpasang sebuah iklan yang
bertuliskan Telat Haid dengan disusul
nomor yang bisa dihubungi di bawah tulisan tersebut. Saat lampu merah, Furqon
berada di barisan paling depan sebelah kiri mepet trotoar. Dalam keadaan
itulah, matanya tak sengaja membaca iklan di tiang lampu itu. Tiba-tiba saja ia
merasa diberi jalan lain oleh Tuhan untuk menggugurkan kandungan kekasihnya. Setidaknya
Furqon menganggapnya seperti itu, saat itu. Ia lalu mengeluarkan hp-nya,
mencatat nomor tersebut, menyimpannya.
Tiba di kontrakan Ulfah, tak banyak berbasa-basi Furqon lalu
bercerita mengenai hal itu. Selesai bercerita ia meminta pendapat kekasihnya,
dan bertanya apakah kekasihnya mau untuk mencobanya. Tanpa banyak pikir Ulfah
langsung setuju, dan cepat saja hal itu mereka putuskan.
Furqon lalu menghubungi nomor tersebut melalui pesan singkat
yang langsung dibalas dengan cepat. Di awal ia bertanya apakah benar yang
dimaksud Telat Haid itu adalah
istilah untuk menggugurkan kandungan, dan “ya, itu benar,” balas TH (Furqon
menamainya TH). Furqon kemudian langsung menceritakan keadaannya, singkat saja,
dan TH membalas dengan bertanya perihal sudah berapa bulankah usia kandungan
kekasihnya yang dijawab oleh Furqon tiga bulan. TH lalu menjelaskan bahwa untuk
usia kandungan tiga bulan harga obat yang harus mereka tebus adalah dua juta
rupiah, semakin tua usia kandungan maka semakin mahal obat yang harus ditebus,
katanya. Furqon bertanya lagi perihal keamanan obat yang nantinya akan
dikonsumsi oleh kekasihnya, apakah akan menimbulkan efek samping atau tidak dan
yang juga langsung dijawab oleh TH bahwa obat yang mereka jual adalah hasil
racikan sendiri berdasar pada pengalamannya sebagai peracik obat dan sudah
terbukti aman tanpa menimbulkan efek samping dan dengan dosis yang disesuaikan
menurut usia kandungan yang tak akan menyakiti orang yang mengonsumsinya serta
disusul oleh foto-foto testimoni dari pelanggan sebelumnya.
Kemudian obrolan beralih pada Ulfah dan Furqon, tentu
mengenai dari mana mereka bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu
seminggu. Mereka memutar otak, dan setelah lama menimbang baik buruknya mereka
lalu memutuskan bahwa Furqon akan menjual laptopnya dengan harga berapa pun
yang diberikan oleh pembeli. Sementara laptop Ulfah tak akan dijual, hanya
digadaikan di pegadaian. Ulfah dan Furqon menaksir, dua laptop, dua juta sudah
di tangan.
Esok harinya jam sembilan, mereka berdua sudah mengantri
menunggu giliran dipanggil di pegadaian. Tak disangka, lapotop Ulfah ditaksir
satu juta enam ratus dan tentu tanpa pikir panjang pula mereka mengambil
taksiran maksimal itu untuk berjaga-jaga. Sepulang dari pegadaian, mereka
berdua langsung menuju ke tempat jual beli laptop segala kondisi di sekitaran
kampus. Meleset dari perkiraan awal, Furqon menaksir laptopnya masih laku
dijual di angka tujuh ratus ribu tapi di lapangan, laptopnya hanya punya daya
jual di angka tiga ratus ribu. Melalui proses tawar menawar yang alot, akhirnya
Furqon melepas laptopnya dan harus rela hanya mendapat uang empat ratus ribu. Tak
lebih memang, tapi cukup, pikirnya.
Malamnya Furqon langsung memesan obat tersebut yang dibalas
TH, bahwa obat baru dapat diproduksi setelah Furqon mentransfernya terlebih
dahulu. Malam itu juga tanpa memikirkan peluang bahwa mungkin itu adalah sebuah
penipuan, Furqon langsung pergi ke ATM mengirimkannya uang. TH lalu
mengonfirmasi bahwa uang sudah masuk, dan proses produksi akan dimulai besok
yang akan memakan waktu selama dua hari dan setelah itu barulah obat akan dikirim,
dan Furqon bertanya apakah tidak bisa bertemu langsung dan TH menjawab tak
bisa, demi keamanan, pungkasnya.
Dan hari ini, janin itu keluar. Dari dalam vaginanya Ulfah
mengeluarkan bukan seonggok daging tapi, seorang bayi yang sudah berbentuk utuh
membentuk manusia dalam ukuran kecil. Di dalam kamar mandi Ulfah menangis
seraya berteriak pada kekasihnya untuk mengambilkannya keresek. Furqon langsung
mengerti, sigap ia mengantarkan apa yang diminta. Hampir sejam Ulfah di dalam
kamar mandi, ini membuat Furqon cemas. Namun demi mendengar air berhamburan di
kamar mandi dilemparkan gayung, itu membuat Furqon sedikit tenang. Ini berakhir.
Ulfah keluar menjinjing keresek, menyerahkannya pada kekasihnya. Furqon lalu ke
belakang kontrakan menuju tanah kosong yang hanya berisi rumput liar dan
tumbuhan tak terurus. Di sana ia menguburkan bayi mereka, berbungkus keresek
hitam yang dilubangi, tanpa doa-doa, tanpa air mata, tanpa keluarga, seperti
mengubur kucing liar. Jani kalah.
Dua hari berlalu, demi mengingat tragedi ini, Ulfah dan
Furqon memberinya nama Jani.
Komentar
Posting Komentar