Kami Rindu; Jani


Pagi, sekitar jam enam Ulfah mengirim pesan singkat pada kekasihnya yang berisi pemberitahuan kalau dirinya memang positif hamil. Hari itu, genap sudah lima belas hari dirinya telat dari jadwal menstruasinya.

            Awalnya Ulfah, tak terlalu merisaukan kemungkinan kalau dirinya hamil. Ini disebabkan kenyataan bahwa memang jadwal menstruasinya tak pernah pasti, dan selalu berubah-ubah setiap bulannya. Kadang biasanya jadwal menstruasinya hanya mundur beberapa hari saja. Tapi pernah juga jadwal menstruasinya mundur sampai sepuluh hari, dan bahkan sampai hampir dua minggu. Itu adalah hal biasa baginya. Ia pun juga tak pernah menaruh curiga atau merasa aneh saat dirinya selama dua minggu belakangan ini selalu mual-mual merasa ingin memuntahkan sesuatu. Ulfah tenang-tenang saja, hanya berpikir mungkin dirinya sedang masuk angin karena kurang makan dan istirahat. Dan lagi-lagi, itu juga hal biasa baginya.

            Namun kemarin Ulfah agak sedikit khawatir. Setelah genap empat belas hari, ia heran mengapa dirinya masih belum juga menstruasi. Ia berpikir apa mungkin bulan ini jadwal menstruasinya mundur menjadi lima belas hari, atau enam belas hari, atau dua puluh hari. Tapi kemudian, Ulfah ragu atas pendapatnya sendiri. Sebab selama ini, kalau pun jadwal menstruasinya harus mundur, maka tidak akan dan tidak pernah lebih dari empat belas hari. Ia pun kemudian menceritakan situasi ini pada kekasihnya, dan kekasihnya, dengan alasan supaya mereka berdua bisa tenang, menyarankannya untuk segera membeli test pack. Dan begitulah kemarin malam kemudian Ulfah dengan agak sedikit malu membelinya di apotek dekat kontrakannya. Sebab untuk mendapatkan hasil yang akurat test pack harus digunakan pada saat setelah bangun tidur di pagi hari, maka pagi ini hasilnya baru diketahui. Dan ternyata bergaris dua, positif. Ulfah hamil.
***

          Harus diakui bahwa memang selama sebulan terakhir, Ulfah dan Furqon sering melakukan hubungan seks. Walau sudah berpacaran selama hampir setahun, tapi awal petaka ini baru dimulai pada saat mereka berada di tahun kedua perkuliahan, tepatnya di semester empat. Saat itu, malam-malam mereka sedang berduaan menonton film di laptop, di kosan Furqon. Kebetulan saat itu kosan sedang sepi, sebab teman-teman di kamar lain sedang keluar bermalam mingguan. Sebenarnya, baik Ulfah maupun Furqon, tak pernah di antara mereka terbesit sedikit pun meski hanya dalam pikiran niat untuk saling menyetubuhi. Mereka sudah sering membicarakan terkait tentang apa-apa yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan sebagai sepasang kekasih. Dan terutama perihal berhubungan seks, mereka berdua bersepakat tak akan pernah mencoba dengan alasan apapun apalagi sampai menjadikannya kegiatan rutin pengisi waktu luang.

            Hanya saja, semua berbeda pada malam itu. Saat mereka sedang khusuk menonton film, tiba-tiba listrik kosan mati. Setelah diperiksa ke luar, ternyata hampir di seluruh wilayah tersebut mengalami hal yang sama. Saat itulah, pada saat listrik mati, mereka berdua hanya terdiam di kamar, bersampingan, sangat dekat. Ulfah kemudian memulai berbasa-basi untuk sekadar mengusir kecanggungan di antara mereka dengan menanyakan hal-hal seputar apakah Furqon sudah makan atau belum, dan mengajaknya untuk membeli makan kalau nanti listrik sudah menyala. Furqon menjawab pertanyaan tersebut sekenanya, antara mau atau tidak juga tak begitu jelas. Lalu di antara kecanggungan yang sedang membekap mereka di kegelapan, tiba-tiba saja tangan Furqon merayap menjelajahi dada kekasihnya. Anehnya Ulfah hanya diam, tak meresponnya. Ia hanya sibuk berpikir betapa adrenalin yang sekarang sedang dirasakannya sangat menghanyutkannya, dan lebih aneh lagi, ia tak ingin semua ini berakhir dengan cepat.

Furqon membaca dan memahami serta kemudian menafsirkan bahwa respon Ulfah adalah lampu hijau baginya. Ia pun melanjutkan. Tangan yang tadinya hanya mengusap-usap, kini berubah menjadi sedikit agak meremas namun dengan tetap perlahan. Barulah beberapa menit setelahnya, Furqon mulai sedikit mengencangkan remasannya, dan sesekali menekan dan mencapit puting Ulfah dengan telunjuk dan ibu jarinya. Tanpa menyadarinya, Ulfah mendesah. Betapa sensasi yang ditimbulkan oleh ulah Furqon begitu memberikan efek getar kenikmatan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Getaran-getaran tersebut tepat sasaran, menyasar titik yang dengan mudah membuat Ulfah basah.

Lagi-lagi Furqon paham makna desahan tersebut. Ia kemudian mengatur posisi duduknya supaya berhadapan dengan kekasihnya itu. Tetap dengan penuh kehati-hatian, ia melingkarkan kedua tangannya, masuk ke dalam kaos, dan melepas kutang Ulfah. Sekarang tak ada kutang yang menghalangi tangan Furqon, ia lalu menggenggam penuh payudara kekasihnya itu, memijatnya, meremasnya, dan tak lupa kembali memainkan putingnya. Desahan Ulfah semakin menjadi, dan ia pun menjadi semakin basah. Mendengar desahan Ulfah yang sedemikian rupa itu, kesabaran Furqon akhirnya lenyap. Tiba-tiba saja, kemudian ia langsung melumat bibir Ulfah dengan penuh berahi. Tak disangka, Ulfah membalasnya tak kalah berahi. Sepasang kekasih itu kemudian larut dalam satu ciuman yang dahsyat, ciuman para pemula. Dan tak sampai di situ, Furqon lalu melepas kerudung, baju, kutang, celana, dan celana dalam Ulfah dengan cepat, sebelum kemudian ia juga menyusul menelanjangi dirinya sendiri.

Bermandikan keringat, dengan nafas tersengal, dan dalam kegelapan, sepasang kekasih itu bersetubuh. Dan seperti sebuah persetubuhan para pemula pada umumnya, persetubuhan mereka berdua berlangsung singkat.

Hari-hari setelah kejadian malam itu mengubah mereka berdua. Seperti sepasang suami-istri baru, mereka berdua tak pernah letih untuk bersetubuh. Kebanyakan mereka merencanakan jadwal untuk bersetubuh, menyesuaikan kapan kontrakan Ulfah atau kosan Furqon kosong. Dan mereka akan bersetubuh dengan begitu liarnya. Namun tak jarang, mereka juga melakukan persetubuhan itu dengan spontan, merespon keadaan kosan atau kontrakan. Demi terhindar dari rasa jenuh persetubuhan yang begitu-gitu saja, dan demi dapat merasakan sensasi-sensai baru yang belum pernah mereka rasakan, Ulfah dan Furqon juga rajin melakukan eksplorasi seks secara bertahap.

Sadar bahwa demi kesehatan dan keamanan, mereka berdua memulai eksplorasi pertama dengan bersetubuh menggunakan kondom, dan ini hanya berlangsung beberapa kali. Sebab, setelah mereka berdiskusi mengenai kenikmatan yang dicapai oleh masing-masing, mereka berdua sepakat bahwa kondom sangat mengurangi esensi, sensasi, dan kenikmatan dari sebuah persetubuhan. Untuk selanjutnya, mereka pun tak pernah lagi bersetubuh memakai kondom, dan pada detik-detik Furqon akan mencapai klimaks ia akan dengan gesit mencabut kemaluannya dan memuntahkan isinya di luar.

Dalam eksplorasi selanjutnya, Ulfah dan Furqon kemudian mencoba bermacam variasi persetubuhan yang mereka pelajari dari youtube. Dan yang paling sering mereka praktekkan setelah mencoba beragam cara dan kemudian menjadi posisi andalan sekaligus favorit adalah tentu yang pertama misionaris, lalu berlanjut ke doggy style, spooning, dan cow girl.  Hanya empat macam gaya itu serta dengan sedikit modifikasi Ulfah dan Fuqron melakukan persetubuhan seterusnya. Namun terkadang kalau sedang malas, Ulfah dan Furqon hanya melakukan oral sex saja.

Demikianlah Ulfah dan Furqon sering menghabiskan waktu luangnya melalui laku persetubuhan. Dan pagi ini, persetubuhan itu membuahkan hasil.
***

Kabar mengenai kehamilan Ulfah ini membuat Fruqon lemas, ternyata benar kekasihnya itu memang hamil, batinnya. Awalnya Furqon juga sama seperti Ulfah, tak terlalu mengkhawatirkan saat tahu kekasihnya tidak menstruasi selama dua minggu karena memang ia tahu belaka bahwa jadwal menstruasi kekasihnya itu tak pernah sama. Namun saat Ulfah mengirim foto test pack bergaris dua pagi itu, ia merasa semua menjadi gelap.

Furqon mencoba tetap tenang, berusaha menguasai keadaan. Pagi itu, ia langsung menelpon kekasihnya bahwa dirinya akan segera ke kontrakannya untuk membicarakan perihal kehamilannya secara langsung, “biar enak” katanya.

Di kontrakan, di kamar Ulfah, mereka berdua pelan-pelan mulai membicarakan masalah kehamilan ini. Dimulai dari Furqon yang menjelaskan pada Ulfah bahwa dirinya tak pernah sekalipun membuang spermanya di dalam. Ia bersumpah, tak pernah! Dan buat apa juga Furqon mengambil resiko itu hanya demi kenikmatan. Ulfah hanya diam, sambil sesekali meneteskan air mata, mengelapnya dengan tisu, dan terus seperti itu. Furqon kemudian kembali mencoba menenangkan Ulfah, ia bilang yang sekarang harus mereka pikirkan adalah mencari solusi atas masalah yang sedang menimpa mereka. Maka Furqon pun bertanya, apa yang Ulfah inginkan. Apa Ulfah ingin supaya kehamilan itu diteruskan, dan lantas meminta pertanggungjawaban Furqon, tanyanya. Kalau memang Ulfah menginginkan hal itu, maka Furqon siap untuk bertanggung jawab, ia tak akan lari.

         Demi mendengar Furqon berbicara seperti itu, tangisan Ulfah malah makin menjadi. Furqon lalu merangkul Ulfah, mencoba kembali menenangkannya dengan memeluknya. Sembari tetap memeluknya, Furqon lalu meminta maaf pada kekasihnya itu. Ia meminta maaf, bahwa gara-gara dirinya sekarang Ulfah hamil. Ia juga berkata pada Ulfah bahwa semua ini salahnya, Furqon yang salah. Kalau malam itu ia tak berani macam-macam dengan memegang dada Ulfah, kehamilan ini tak akan pernah terjadi. Furqon menyesal telah melakukan itu semua. Furqon kembali menegaskan pada Ulfah bahwa dirinya siap bertanggung jawab serta akan memenuhi apapun keinginan Ulfah. Ia berjanji. Selang satu jam kemudian, barulah Ulfah bisa tenang serta mulai berbicara.

            “Ya, kamu memang salah, tapi aku juga salah. Ini salah kita. Kita yang salah.” Ucap Ulfah.

Hati-hati, Furqon kemudian bertanya “Jadi sekarang, kamu maunya gimana? Mau aku tanggung jawab terus nikahin kamu, atau bagaimana?”

“Menikah setelah aku hamil seperti ini tak akan memperbaiki apapun, itu malah bakal bikin keluarga kita malu. Bikin orang tua kita malu. Kita jadi bahan omongan tetangga, anak kita nanti jadi omongan juga, bahkan mungkin anak dari anak kita bakal jadi omongan juga. Sudah menjadi tugas orang-orang untuk selalu mengingat aib seseorang dengan baik.”

“Jadi?”

“Kita gugurkan saja.” Datar Ulfah menjawab.

Selain alasan tersebut, Ulfah lalu mengingatkan bahwa mereka sekarang masih kuliah. Bayangkan saja bagaimana perasaan orang tua di kampung yang sudah membanting tulang membiayai kuliah kalau tahu kelakuan mereka, apalagi orang tua Ulfah yang berharap besar padanya untuk meneruskan mengelola yayasan keluarga. Jadi sekarang, memang yang paling masuk akal adalah menggugurkan kandungannya, dan kembali ke kehidupan seperti biasanya. Keputusan sudah diambil. Ulfah dan Furqon sepakat bahwa inilah jalan terbaik yang dapat menyelamatkan mereka berdua. Di benak mereka, sudah tak terpikir apakah tindakan yang akan mereka lakukan merupakan suatu dosa atau tidak. Ulfah dan Furqon sudah tak peduli, ini semua demi kebaikan mereka.
***

Bermacam cara telah mereka lakukan tapi janin dalam kandungan Ulfah belum juga mau keluar. Mereka awalnya memulai mencari cara-cara menggugurkan kandungan dari google. Banyak cara yang mereka temukan, dan yang paling gampang untuk kondisi mereka saat itu adalah menggugurkannya dengan cara sealami mungkin. Banyak mengonsumsi nanas muda dan minuman bersoda, itu yang pertama Ulfah lakukan. Maka setelah itu, setiap hari, nanas muda dan minuman bersoda menjadi menu wajib bagi Ulfah. Sebulan lamanya Ulfah melakukan itu, tapi belum juga ada tanda-tanda kandungannya akan gugur.

Kemudian tentu mereka mencari cara lain untuk menggugurkan kandungan setelah nanas muda dan minuman bersoda belum berhasil. Maka, setelah mereka kembali mencari di google, Ulfah dan Furqon berencana menggugurkannya dengan pergi ke dukun beranak. Setelah berdiskusi panjang lebar, Ulfah dan Furqon pun sepakat untuk melakukannya.

Tempat si dukun beranak ini tak terlalu jauh dari kota, hanya perlu empat puluh menit perjalanan menggunakan sepeda motor. Dan anehnya, tempat prakteknya terkesan terang-terangan sebab rumah yang mereka kunjungi berada di komplek perumahan padat penduduk. Yang membuat orang-orang sekitar tidak curiga mungkin karena di depan rumahnya, si dukun beranak menuliskan embel-embel bahwa ini adalah ‘tempat pengobatan tradisional.’ Melihat hal itu, Ulfah dan Furqon agak ragu sebenarnya. Namun ingatan akan masa depan yang suram kalau kandungan ini tak digugurkan, membulatkan tekad mereka.

Setelah dipersilakan masuk, Ulfah dan Furqon kemudian diajak untuk masuk ke dalam kamar kerja. Tak banyak berbasa-basi, si dukun beranak bertanya perihal maksud dan tujuan mereka datang. Furqon kemudian, dengan terbata-bata menjelaskan bahwa maksud mereka datang menemuinya adalah untuk menggugurkan kandungan.

“Kalian masih kuliah?” Tanya si dukun beranak.

“Masih bu.”

“Benar kalian sudah memikirkan ini matang-matang?”

“Benar bu.” Kali ini Ulfah, dingin.

Si dukun beranak menarik nafas panjang, menatap lekat Ulfah dan Furqon. Ia kemudian mengatakan bahwa dirinya akan membantu mereka berdua, dan menjelaskan bagaimana cara melakukannya. Si dukun beranak berkata bahwa pertama, ia akan mengendorkan cengkraman janin di rahim Ulfah dengan cara memijatnya di titik-titik tertentu dan Ulfah akan merasakan sakit yang luar biasa. Pemijatan itu akan berlangsung selama setengah jam. Si dukun beranak kemudian kembali bertanya apakah Ulfah bersedia, dan Ulfah menjawab “apapun akan saya lakukan untuk menggugurkan kandungan ini, bu.”

Si dukun beranak lalu melanjutkan menjelaskan tahapan selanjutnya. Ia berkata bahwa selanjutnya Ulfah harus meminum jamu racikannya dengan rutin yang rasanya akan sangat pahit. Dan mudah ditebak, Ulfah sama sekali tak masalah dengan hal itu. Dan setelah mendengar bulatnya tekad mereka untuk menggugurkan kandungan, hari itu juga si dukun beranak memulai mencoba ‘menyelamatkan’ Ulfah dan Furqon.
***

Ulfah dan Furqon akan bertemu dua kali dalam seminggu dengan si dukun beranak, setiap hari senin dan kamis. Menurut perhitungan si dukun beranak, butuh waktu sebulan lamanya untuk mengeluarkan janin dari rahim Ulfah. Itu artinya, hanya delapan kali pertemuan. Namun perhitungan hanya berkutat pada angka, dan kenyataan bukan melulu soal angka-angka. Pada pertemuan ke delapan, dengan raut serius si dukun beranak menyampaikan kenyataan itu. Ia berkata bahwa janin di dalam perut Ulfah masih belum melunak, dan bahkan malah semakin erat mencengkram rahimnya. Padahal seharusnya, dan normalnya, setelah pertemuan ke tujuh Ulfah akan mengalami pendarahan dan mengeluarkan gumpalan-gumpalan kecil dari kemaluannya, yang artinya kandungannya sudah gugur. Lalu pada pertemuan ke delapan, si dukun beranak akan memijat Ulfah untuk mengembalikan posisi rahimnya ke keadaan normal.

“Jadi bagaimana, bu?” Tanya Ulfah gemetar.

“Saya tak bisa melanjutkannya, terlalu beresiko.” Jawab si dukun beranak tenang. Setelah itu ia kemudian banyak berbicara menjelaskan terkait terlalu besarnya resiko yang akan Ulfah terima jika hal itu terus dilanjutkan. Dan yang mengejutkan Ulfah dan Furqon, bahwa bisa-bisa nyawa Ulfah terancam jika terus menerus memaksakan menggugurkan kandungan melalui pijatannya. Dan jelas, si dukun beranak tak mau mengambil resiko itu.

Si dukun beranak malah menyarankan pada Ulfah dan Furqon agar mempertahankan kandungan itu. Tak usah malu, dan jangan terlalu memikirkan apa yang akan dikatakan orang-orang nanti. Jalani saja, yang perlu dilakukan hanyalah pulang ke rumah dan berbicara sejujurnya pada orang tua masing-masing. Awalnya mungkin orang tua akan marah, sangat marah. Tapi kemudian, seiring berjalannya waktu, orang tua perlahan akan menerimanya. Semua hanya butuh waktu. Dan jangan lupa, yang terakhir banyak-banyaklah berdoa pada Tuhan supaya semuanya dilancarkan dan dimudahkan.

Namun kenyataan yang dihadapi oleh Ulfah dan Furqon tak semudah seperti omongan dukun beranak itu. Ia tak pernah tahu, bahwa orang tua mereka di rumah menaruh harapan besar pada mereka berdua untuk menyelesaikan kuliahnya dan menjadi sarjana. Mungkin benar, kemaluan hanya menciptakan rasa malu yang tak seberapa sebab kasus hamil di luar nikah pada situasi zaman seperti sekarang sudah menjadi hal yang lazim, apalagi bagi anak muda. Namun lebih dari itu, yang mereka takutkan bukan perihal rasa malu semata tapi, perasaan bersalah pada orang tua, dan mereka sangat mencintai orang tuanya.
***

Jani, tak seperti bayi-bayi mungil lainnya, lahir di dalam kamar mandi kontrakan ibunya. Tak ada tangis haru dari ayahnya, tak ada tangis lega dari kakek-neneknya, tak juga mendengar adzan di telinganya.

Begitulah ceritanya berlanjut; Ulfah mengeluarkan bayi berumur tiga bulan dari dalam perutnya di kamar mandi kontrakannya pada siang bolong di tengah bulan ramadhan. Saat itu kebetulan kontrakan tidak terlalu ramai, hanya ada dua orang teman. Furqon juga setia menemani kekasihnya, dan siang jam sebelas tadi Furqon pulalah yang memasukan kapsul ke dalam vagina kekasihnya. Sementara kapsul sudah dimasukkan ke dalam vagina, setelah itu Ulfah juga harus meminum dua tablet yang masing-masing berfungsi sebagai peluntur dan penghancur janin di dalam perut. Dikatakan di dalam petunjuk penggunaannya, bahwa janin akan keluar setelah dua jam kemudian. Benar saja. Perkara dari mana mereka mendapat ide gila semacam itu, kita harus menengok Furqon dua minggu yang lalu.

Dua minggu yang lalu di tengah terik kota di sumuk udara di perempatan lampu merah Brimob di tiang lampu terpasang sebuah iklan yang bertuliskan Telat Haid dengan disusul nomor yang bisa dihubungi di bawah tulisan tersebut. Saat lampu merah, Furqon berada di barisan paling depan sebelah kiri mepet trotoar. Dalam keadaan itulah, matanya tak sengaja membaca iklan di tiang lampu itu. Tiba-tiba saja ia merasa diberi jalan lain oleh Tuhan untuk menggugurkan kandungan kekasihnya. Setidaknya Furqon menganggapnya seperti itu, saat itu. Ia lalu mengeluarkan hp-nya, mencatat nomor tersebut, menyimpannya.

Tiba di kontrakan Ulfah, tak banyak berbasa-basi Furqon lalu bercerita mengenai hal itu. Selesai bercerita ia meminta pendapat kekasihnya, dan bertanya apakah kekasihnya mau untuk mencobanya. Tanpa banyak pikir Ulfah langsung setuju, dan cepat saja hal itu mereka putuskan.

Furqon lalu menghubungi nomor tersebut melalui pesan singkat yang langsung dibalas dengan cepat. Di awal ia bertanya apakah benar yang dimaksud Telat Haid itu adalah istilah untuk menggugurkan kandungan, dan “ya, itu benar,” balas TH (Furqon menamainya TH). Furqon kemudian langsung menceritakan keadaannya, singkat saja, dan TH membalas dengan bertanya perihal sudah berapa bulankah usia kandungan kekasihnya yang dijawab oleh Furqon tiga bulan. TH lalu menjelaskan bahwa untuk usia kandungan tiga bulan harga obat yang harus mereka tebus adalah dua juta rupiah, semakin tua usia kandungan maka semakin mahal obat yang harus ditebus, katanya. Furqon bertanya lagi perihal keamanan obat yang nantinya akan dikonsumsi oleh kekasihnya, apakah akan menimbulkan efek samping atau tidak dan yang juga langsung dijawab oleh TH bahwa obat yang mereka jual adalah hasil racikan sendiri berdasar pada pengalamannya sebagai peracik obat dan sudah terbukti aman tanpa menimbulkan efek samping dan dengan dosis yang disesuaikan menurut usia kandungan yang tak akan menyakiti orang yang mengonsumsinya serta disusul oleh foto-foto testimoni dari pelanggan sebelumnya.

Kemudian obrolan beralih pada Ulfah dan Furqon, tentu mengenai dari mana mereka bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu seminggu. Mereka memutar otak, dan setelah lama menimbang baik buruknya mereka lalu memutuskan bahwa Furqon akan menjual laptopnya dengan harga berapa pun yang diberikan oleh pembeli. Sementara laptop Ulfah tak akan dijual, hanya digadaikan di pegadaian. Ulfah dan Furqon menaksir, dua laptop, dua juta sudah di tangan.

Esok harinya jam sembilan, mereka berdua sudah mengantri menunggu giliran dipanggil di pegadaian. Tak disangka, lapotop Ulfah ditaksir satu juta enam ratus dan tentu tanpa pikir panjang pula mereka mengambil taksiran maksimal itu untuk berjaga-jaga. Sepulang dari pegadaian, mereka berdua langsung menuju ke tempat jual beli laptop segala kondisi di sekitaran kampus. Meleset dari perkiraan awal, Furqon menaksir laptopnya masih laku dijual di angka tujuh ratus ribu tapi di lapangan, laptopnya hanya punya daya jual di angka tiga ratus ribu. Melalui proses tawar menawar yang alot, akhirnya Furqon melepas laptopnya dan harus rela hanya mendapat uang empat ratus ribu. Tak lebih memang, tapi cukup, pikirnya.

Malamnya Furqon langsung memesan obat tersebut yang dibalas TH, bahwa obat baru dapat diproduksi setelah Furqon mentransfernya terlebih dahulu. Malam itu juga tanpa memikirkan peluang bahwa mungkin itu adalah sebuah penipuan, Furqon langsung pergi ke ATM mengirimkannya uang. TH lalu mengonfirmasi bahwa uang sudah masuk, dan proses produksi akan dimulai besok yang akan memakan waktu selama dua hari dan setelah itu barulah obat akan dikirim, dan Furqon bertanya apakah tidak bisa bertemu langsung dan TH menjawab tak bisa, demi keamanan, pungkasnya.

Dan hari ini, janin itu keluar. Dari dalam vaginanya Ulfah mengeluarkan bukan seonggok daging tapi, seorang bayi yang sudah berbentuk utuh membentuk manusia dalam ukuran kecil. Di dalam kamar mandi Ulfah menangis seraya berteriak pada kekasihnya untuk mengambilkannya keresek. Furqon langsung mengerti, sigap ia mengantarkan apa yang diminta. Hampir sejam Ulfah di dalam kamar mandi, ini membuat Furqon cemas. Namun demi mendengar air berhamburan di kamar mandi dilemparkan gayung, itu membuat Furqon sedikit tenang. Ini berakhir. Ulfah keluar menjinjing keresek, menyerahkannya pada kekasihnya. Furqon lalu ke belakang kontrakan menuju tanah kosong yang hanya berisi rumput liar dan tumbuhan tak terurus. Di sana ia menguburkan bayi mereka, berbungkus keresek hitam yang dilubangi, tanpa doa-doa, tanpa air mata, tanpa keluarga, seperti mengubur kucing liar. Jani kalah.

Dua hari berlalu, demi mengingat tragedi ini, Ulfah dan Furqon memberinya nama Jani.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sang Juru Selamat

September Sebelum Sirna

Tapi...