Carita Lain Caritakeuneun
Panduan Lengkap Membendunglautanapikan
Korona, Kirana.
Langkah Pertama: mulai dari karantina wilayah, tuang api ke atas
lilin, dan usahakan untuk mengganti
sistem.
Tadi pagi
aku dan beberapa teman, diajak untuk kerja bakti bergotong royong dalam rangka
menebar benih disinfektan di Kelurahan. Kirana, aku kira hanya beberapa RT
atawa RW saja. Bajingan!
Aku ternyata harus menebarnya ke dua belas RW yang masing-masing berisi minimal
tiga RT. Sebagai pemuda masa depan masa belakang masa kiri masa kanan masa atas
masa bawah masa lalu masa kini masa bodoh, aku tentu tak mampu untuk menolak ajakan
tersebut. Terlebih Pak Ketua Haji yang mengajakku, bukan orang sembarangan
dalam tatanan dunia pemerintahan serta masyarakat sekitar. Mau tak mau, ingin
tak ingin, meski takut korona, aku harus berangkat, demi dirimu juga ini,
Kirana.
Mujurnya ketika aku sampai di sana, di rumah berlantai tiga
Pak Ketua Haji, sarapan sudah tersedia, kopi sudah terseduh, dan bungkusan rokok kantun menunggu disulut. Jadilah
aku merasa, keputusan untuk ikut menimbrung kerja bakti bergotong royong dalam
rangka menebar benih disinfektan di Kelurahan ini adalah tepat.
Setepat-tepatnya. Diselenggarakan dengan cara seksama, dan dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya.
Nanging
entah mengapa meski begitu, aku tetap paranoid, Kirana. Sebab walau pemerintah
pusat melalui Tuan Presiden sudah mengimbau bahwa kita harus menjalani laku
pembatasan jarak di tempat umum dan malah lebih baik bagi kita untuk mengokok
di rumah saja, tampak orang-orang pada tak peduli. Apa mau dikata, Tuan
Presiden? Seharusnya Tuan berlakukan saja itu karantina wilayah, kunci segala
arus serta kalau dirasa perlu bendung saja sekalian itu wilayah biar pada
nyaho. Dengan kekuatan yang Tuan miliki, Tuan Presiden terlalu lemah bahkan
untuk sekadar bertindak tegas atawa bahkan ngomong tegas, umpat Bu Nani
bendahara RW 04.
Kegagalan
kita sebagai sebuah negara bermuasal dari kesalahan memilih sistem untuk
negeri. Keselamatan umat serta kesejahteraannya, hanya dapat berdiri tegak nan
dirahmati Allah jikalau kita menerapkan dengan kaffah sistem khilafah islam, tegur
seorang anggota takmir masjid yang kebetulan merangkap ketua DKM serta ketua RT
01 RW 08. Makanya kita harus berpindah haluan dari kanan ke kiri. Tiru itu
negara-negara komunis yang berhasil dengan caranya sendiri meski kadang
dianggap asal-asalan seperti kombo kuartet Cina-Rusia-Korut-Vietnam. Bagaimanapun,
berdikari adalah sebaik-baiknya jalan. Kalau ini, teriak seorang pemuda dalam
hati yang masih terjebak romantisme komunis karena kebanyakan membaca buku dari
kiri.
Nalika perdebatan
perihal sistem apa yang seharusnya diterapkan di negeri ini, seorang caleg muda
berseloroh bahwa dalam keadaan genting seperti sekarang kita harus tetap
tenang, waspada sekaligus tetap menjaga kewarasan dengan cara tidak mengganti
sistem, tapi cukup hanya dengan menyalakan lilin. Karena pada hakikatnya,
menyalakan lilin itu lebih baik daripada menyalakan keributan dan menyalahkan
keadaan. Kalau anda tak punya duit buat beli itu lilin, maka anda dapat
berbaris di pojokan sana untuk dapat kucuran dana dari gaji saya sebab saya tak
makan gaji dari pemerintah.
Langkah Kedua: tebar benih disinfektan, atawa minumlah jamu-jamu.
Saatos perut kenyang sebelum beraksi menebar benih
disinfektan, aku kebagian tugas buat membikin ramuannya. Bahannya sederhana
ternyata, Kirana. Cukup campur 20 mili karbol tambah 20 mili klorin tambah
rebusan daun sirih dan lalu oplos dengan air sebanyak 2 liter saja. Kantun
setelah itu, kamu mau bikin sebanyak apa pun yang kaubutuhkan itu cairan,
berpatokan saja pada rumus tersebut. Contohnya ya, kalau kamu mau bikin benih
disinfektan sebanyak 10 liter, kamu campur itu 100 mili karbol serta klorin dan
daun sirih ke sebanyak 10 liter air. Begitu saja, mudah Kirana. Aku saja tadi,
cukup menghabiskan sepuluh liter benih disinfektan untuk menebarnya di lima RT.
Lumayan irit.
Insyaallah
Kirana, dengan izin Tuhan racikan benih disinfektan yang aku infokan ini dapat
menangkis serangan dari kubu korona. Kalau pun kamu sangsi, maka bolehlah kamu
sangsi sebenarnya. Kalau memang begitu sangsi adanya, kamu beli saja jamu-jamu
ke bakul jamu yang saban hari mangkal di tepi kali Ciliwung yang konon bakulnya
adalah titisan dari Dewi Candrawati putri Prabu Brawijaya V. Namun kamu jelas
tak akan suka padanya, Kirana. Lantaran bakul jamu itu memiliki kecantikan
melampaui segala jenis definisi
cantik. Kamu cantik, Kirana. Jangan marah dulu! Aku hanya hendak bilang bahwa
bukankah perempuan selalu iri pada perempuan yang ‘lebih’ daripadanya? Lebih cantik,
lebih seksi, lebih cerdas, lebih besar anunya, lebih putih serta rajin
menambang dan hemat pangkal pandai. Bukankah? Aku hanya berkata semua perempuan
memang begitu. Itu kenyataan. Itu wajar saja. Udahan yah, marahnya?
Nah kalau
kamu sudah tak marah, maka kusarankan alternatif lain bagimu; belilah jamu
racikan Tuan Presiden. Iya benar! Tuan Presiden kita, Kirana. Konon kabarnya,
di antara simpangsiurnya informasi yang berkelindan dengan kesemrawutan
birokrasi negeri ini, tiga orang pasien yang sudah berstatus gawat darurat
akibat serangan korona yang kantun menunggu ajal kemudian bisa mendadak sembuh
dengan hanya meminum jamu-jamu racikan Tuan Presiden. Itu bukan kataku, Kirana.
Tuan Menteri Kesehatanlah yang bertutur demikian. Nantinya, jamu-jamu racikan
Tuan Presiden akan segera didistribusikan ke wilayah-wilayah untuk selanjutnya
agar dapat segera dipasarkan di apotek-apotek terdekat atau di pasar-pasar sekitaran
rumah warga. Eh tapi jangan lupa. Kalau kamu hendak membelinya di pasar, maka
ingatlah bahwa pasarnya hanya buka menurut hari pasaran Jawa. Pasar Wage dan
Pasar Kliwon. Sebab ini jamu-jamu racikan Tuan Presiden. Tentu istimewa.
Langkah Ketiga: gunakanlah hand satanizer, atanapi tenggaklah itu corona.
Kirana,
perlu kamu ketahui sayang, bahwa ini merupakan langkah ketiga sekaligus
terakhir. Langkah pertama dari langkah ketiga ini adalah bahwa kamu, harus
dengan sadar dan menerapkan disiplin tinggi supaya jangan lupa untuk mencuci
kedua tanganmu itu secara berkelanjutan menggunakan hand satanizer. Khalayak sudah tahu belaka, masa kamu
tidak?
Ia bermanfaat
untuk tindakan pencegahan tahap awal. Bahwa tangan, bisa keitung sangat sering
digunakan oleh manusia setelah kemaluan di peringkat pertama, dan kombinasi
keduanya di peringkat kedua. Ini penting! Maka janganlah kamu mengupil sebelum
cuci tangan, janganlah juga mengucek-ngucek matamu sebelum melakukannya itu cuci
tangan. Kalau pun kamu mau mengucek-ngucek, maka hendaknya kamu mengucek-ngucek
pakaian yang sudah direndam deterjen saja. Tuan Menteri Kesehatan pernah
berkata, korona ini dapat dengan mudah mati kalau kena deterjen. Tentu kamu pun
bisa berinovasi perihal deterjen. Kamu bisa tabur itu deterjen mengelilingi
rumahmu, seperti saat kamu menabur garam di sekeliling kemahmu pada saat kamu
dulu kemping pramuka untuk
terhindar dari serangan ular. Sumpah.
Saparantos kamu
dapat dengan sadar dan menerapkan laku disiplin tinggi pada hand satanizer, aku
akan mengimbaumu untuk mari kita bersama-sama menenggak itu corona. Kita beli
saja sekerat corona di alfamart atawa indomaret atawa yomart kalau ada. Jikalau
pun masih tidak ditemukan itu corona, maka kita mungkin akan membelinya di borma atanapi pamela atanapi di
giant. Corona itu mujarab, Kirana. Menenggaknya kita akan digiring pada suasana santai damai tenang penuh tawa, tanpa akan merasakan stres
sedikit pun. Sebab dumasar pada statistik, faktanya orang yang sedang mengalami
stres akan mudah juga terjangkiti
korona. Maka mari kita tenggak itu corona seraya menyanyikan lagu bella ciao di
pantai Cijeruk.
Kirana sayang,
kalau semua langkah itu gagal, maka hanya ada satu cara untuk selamat dari
wabah pandemi korona ini. Ini adalah langkah yang tak bakal kamu temukan di
dalam buku apa pun. Namun kemanjurannya, kamu buktikan sendiri! Aku mohon,
perkuatlah akidah. Karena ia adalah obat dari segala obat. Negara berantakan,
maka yang harus kita lakukan hanya perkuat akidah. Ekonomi ambruk, maka
perkuatlah akidah. Korupsi merajalela, sekali lagi perkuat akidah. Ingin cepat
mendapat jodoh, perkuat lagi akidah. Memperkuat akidah adalah solusi dari
segala solusi. Tanya saja pada Ki Lurah Semar Badranaya kalau tak percaya. Maka
sekali lagi, untuk selamat dari serangan wabah mengerikan ini, lagi-lagi yang
harus kita lakukan hanyalah perkuat akidah. Hanya itu.
Rahayu.
Rahayu. Rahayu.
*Judul
dipinjam dari judul buku legendaris kumpulan carpon sekaligus judul carpon Toni
Lesmana
Komentar
Posting Komentar