Kesaksian di Halaman


Sore hujan begini rasanya akan sangat lengkap jika ditemani secangkir rindu hangat buatanmu. Selain itu, akan menyenangkan juga untuk menghisap tembakau hasil lintinganmu yang tentu berlumur ludahmu. Semangkuk baso aci asli Garut tanpa cabe kecap saus juga akan menambah nikmatnya berbaring di ranjang berselimut hanya tubuhmu. Tentu supaya semuanya tetap terkendali dan terutama sesuai dengan apa yang sudah direncanakan, jangan lupa untuk membeli kuota agar semua peristiwa kebahagiaan yang sedang dialami dapat tersebar luas ke setiap penjuru arah mata angin, dan mudah-mudahan Tuhan pun melihat, dan suka, dan meridhoinya.

Banyak perempuan berpakaian seronok dengan balutan kerudung bernada erotis pada setiap tatap mata dan pada lekuk antara leher dan dada di lantai dua dan tiga. Di bagian dadanya, sebuah kutang membanting tulang berusaha sekuat tenaga menahan supaya kuil kebahagiaan para lelaki dan simbol keperempuanan tidak ambruk ditelan gaya gravitasi karangan Isaac Newton. Kehadiran tukang cuanki di halaman juga tidak begitu membantu, ia justru malah membuat situasi bertambah semakin erotis, tak terkendali. Beginilah keadaannya sekarang. Perempuan muslimah berdandan bernada dasar pakaian syariah dengan balutan aransemen sensual erotis karya Victoria Beckham perancang busana dunia yang bertumpu pada satu ciri mencolok di bagian bokong; tercetaknya celana dalam ke permukaan.

Pada bentuknya yang paling usang, seorang bapak merasa berhak meniduri anak perempuannya sendiri yang sedang dalam keadaan matang untuk dicicipi hingga hamil. Ia mempertahankan dirinya dari serangan dunia luar dengan dalih bahwa istrinya sudah layu tak mampu menghasilkan madu, maka inilah saatnya untuknya sebagai seorang Kumbang yang memang dilatih untuk selalu mencari madu terbaik memanfaatkan sumber daya yang tersedia di depan mata. Si Kumbang menambahkan, yang ia lakukan kepada anak perempuannya itu bukanlah suatu tindakan kriminal yang dapat dipidana. Sekali lagi, itu merupakan sebuah tindakan penyelamatan atas nalurinya sebagai Kumbang. Dan coba bayangkan, setiap Kumbang tentu tak akan tahan melihat setangkai Bunga mekar, bolak-balik di hadapannya setiap hari mengenakan busana tipis, apalagi hanya berbalut handuk kalau hendak ke kamar mandi atau setelahnya, atau pada saat ia mengenakan piyama tidur malam harinya, dan pemandangan tersebut sangat memikatnya, katanya.

Seorang nenek juga dikabarkan dilaporkan pagi tadi oleh Ketua RT pada pihak Kepolisian, setelah ditemukannya banyak kayu bakar di dalam rumahnya, dan itu dianggap suatu kejanggalan. Bahwa katanya tidak mungkin seorang nenek berusia sekitar tujuh puluh tahunan bisa menghasilkan kayu bakar sebanyak itu, dari mana lagi kalau tidak dari hasil mencuri? Terang Pak RT. Sementara kalau kita merujuk pada keterangan dari pihak Kepolisian yang diwakili oleh Anis Bassedan sebagai jubir, bahwa memang benar seorang nenek dengan umur sekian tak akan mungkin dapat mengumpulkan kayu bakar sebanyak itu. Ia mengatakan bahwa pihak Kepolisian menolak dalih Si Nenek yang menyebutkan bahwa dirinya bisa mengumpulkan kayu bakar sebanyak itu sebab karena memang ia sudah terbiasa mengumpulkan kayu bakar sejak ratusan tahun yang lalu. Mustahil itu, sanggah Pak Anis Bassedan. Pak Anis Bassedan kemudian melanjutkan bahwa menurut laporan identifikasi penyidik, ditemukan fakta bahwa ternyata delapan puluh persen dari kayu bakar yang ada di rumah Si Nenek, terutama yang di lantai tiga, adalah kayu bakar yang dapat dipastikan berasal dari pohon-pohon bekas proyek revitalisasi kawasan Monas, sementara sisanya berasal dari penebangan kawasan hutan yang dicanangkan untuk pembangunan ibu kota baru di Kalimantan, dan sebagian lagi berasal dari kawasan hutan mati gunung Papandayan di Kabupaten Garut. Tanpa melalui proses pengadilan, Si Nenek kemudian dinyatakan bersalah dan harus menjalani hukuman; menjadi bagian dari tim ahli di Kementrian Kesehatan yang bertugas membasmi virus corona di dalam tubuh BNN.

Sesaat kita beralih ke Breaking News yang sedang melaporkan mengenai sebuah Berita Kehilangan yang dipelopori oleh sebuah kelompok propagandis bentukan Universitas Indonesia, mereka menyebut dirinya sebagai Feast. Laporannya berbunyi; Badanku terkujur kaku. Bentuk malang melintang. Tertutup mataku namun cahaya semakin terang. Jiwaku mengambang tinggi terus melayang-layang. Nyawaku dirampas namun kita yang jaya perang. Biarkan aku pergi dengan tenang. Bunda kali ini saja jangan menangisi jasadku. Namaku abadi. Kebencian takkan pernah menang karena beberapa orang memaafkan. Beberapa yang lain yang membawa berita kehilangan melalui perbuatan perkataan menyakitkan. Jika ini memang caranya. Menggenapkan namamu yang kuberikan. Sama seperti artinya. Saat kau berkorban menyadarkan. Sayang, kau telah menjadi abadi di hati, di sejarah kami. Dan kurelakan hari ini, besok lusa atau lain kali karena beberapa orang memaafkan. Beberapa yang lain yang membawa berita kehilangan melalui perbuatan, perkataan menyakitkan. Beberapa orang memaafkan. Beberapa yang lain yang membawa berita kehilangan melalui perbuatan perkataan menyakitkan. Takkan ada kedamaian di hidupmu. Takkan ada ketenteraman di kamarmu. Takkan ada keberlanjutan namamu. Takkan ada kedamaian di surgamu. Di dalam hidup ada saat untuk berhati-hati. Di dalam hidup ada saat untuk berhati-hati. Di dalam hidup ada saat untuk berhati-hati. Di dalam hidup ada saat untuk berhati-hati. Di dalam hidup ada saat untuk berhati-hati.

Sementara berita terakhir kali ini datang dari ibu kota. Seorang tua yang belakangan namanya diketahui adalah Seno Gumira Ajidarma sedang berpidato di depan ribuan calon pegawai negeri sipil yang sudah bersiap sejak ratusan hari sebelumnya untuk mengikuti tes CPNS di Kementrian Agama. Tanpa mikrofon, sebab katanya ia sering olah vokal, Seno berkata dengan lantang, “Alangkah mengerikannya menjadi tua dengan kenangan masa muda yang hanya berisi kemacetan jalan, ketakutan datang terlambat ke kantor, tugas-tugas rutin yang tidak menggugah semangat, dan kehidupan seperti mesin, yang hanya akan berakhir dengan uang pensiun yang tidak seberapa.” Gedung Kemenag lalu kosong, hanya ada TNI di dalam sedang memasak mie rebus.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sang Juru Selamat

September Sebelum Sirna

Kereta Malam