Yang Itu, Waktu.


            Mendapatkan sesuatu itu memang susah, tapi lebih susah untuk mempertahankannya. Itulah wejangan yang sering saya dengar dari orang-orang yang sudah sering berproses dalam hidupnya. Pada kenyataannya memang tak selalu seperti itu, tapi salah besar jika menganggap wejangan tersebut hanya banyolan, apalagi sebuah omong kosong belaka. Tentu dalam hal ini, yang ingin saya bicarakan adalah waktu.

            Seringkali orang ditanyai mengenai hal apa yang paling mereka inginkan di dalam hidupnya, dan seringkali orang menjawabnya “waktu”. Ya, seringkali orang hanya membutuhkan waktu daripada kekayaan yang melimpah. Lebih baik tak punya uang daripada tak punya waktu, lebih baik tak punya kekasih daripada tak punya waktu, lebih baik tak makan daripada harus memakan waktu. Waktu, waktu, waktu. Semua orang butuh waktu, tak sedikit yang membutuhkanya. Setiap orang! Setiap orang butuh waktu.

            Sebab saya bagian dari semua orang dan setiap orang, saya pun perlu waktu, saya membutuhkan waktu. Saya butuh waktu untuk menyelesaikan skripsi, saya butuh waktu untuk punya seorang kekasih, saya butuh waktu untuk membaca buku dan memahaminya, saya butuh waktu untuk berbicara dengan orang-orang, saya butuh waktu untuk beribadah, saya butuh waktu untuk menjalankan semua kewajiban, saya butuh waktu untuk latihan, saya butuh waktu untuk memahami semuanya, dan saya butuh waktu untuk merasa hidup.

            Namun, semua orang dan setiap orang juga memahami bahwa waktu yang mereka miliki itu terbatas. Tidak ada yang tidak terbatas. Termasuk waktu yang saya punya. Waktu yang saya punya hanyalah saat di mana saya hidup. Meski memang setiap orang selalu saja berbeda dalam mendefinisikan waktu ke dalam hitungan yang pasti, sebab waktu memang selalu relatif. Waktu bukan ilmu pasti, waktu ialah ilmu hidup. Hiduplah di dalam waktu, sebab di dalamnya kita bisa merasakan kehidupan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sang Juru Selamat

September Sebelum Sirna

Tapi...