Kesintingan Yang Cantik
Aku tahu kau cantik.
Bahkan orang sinting di pinggir jalan yang kalau menatapmu mungkin akan sembuh
mendadak dan bilang “Kau cantik, nona!” Walau selepas itu ia kembali sinting karena
kecantikanmu. Memang itulah harga yang harus dibayar untuk mencintai seorang
perempuan sepertimu, kesintingan! Kalau kau tak percaya, akan kuceritakan; Kamerad Kliwon
jadi sinting gara-gara Alamanda. Maman Gendeng yang pada dasarnya memang sudah
sinting jadi ikut-ikutan sinting gara-gara Dewi Ayu. Sang Shodancho yang
merupakan pahlawan dan tokoh gerilyawan terkemuka juga sinting gara-gara
Alamanda. Krisan malah lebih sinting lagi, sampai-sampai dia harus menyetubuhi
Rengganis di toilet sekolah saat jam istirahat. Gara-gara Rengganis juga anak
si tukang gali kubur Kinkin membantai anjing-anjing dengan senapan anginnya.
Aih, atau lihatlah bagaimana Dewi Ayu bisa membikin laki-laki di Halimunda rela
mati demi menikmatinya di rumah Mama Kalong.
Kau bisa dengan mudah menebar pesonamu untuk menarik perhatian lelaki, yang kemudian setelah lelaki tersebut mati-matian mengejarmu, kau dengan entengnya berkata “aku tak mencintaimu” atau “aku bukanlah orang yang tepat untukmu” atau “aku hanya anggap kau teman salama ini” atau “kakak” atau “dll” atau “dsb” atau “dst.”, persis seperti Alamanda. Namun aku tak akan seperti mereka, aku tak akan jadi Kamerad Kliwon, Maman Gendeng, Sang Shodancho, Krisan atau pun si Kinkin. Aku tak akan jadi siapa pun! Meski, memang kuakui aku sudah sinting karenamu. Tapi lebih baik aku menyerah saja, dan kembali menjadi sehat. Sekali lagi aku menyerah! Karena kuyakin gadis cantik sepertimu sudah tak butuh apapun.
Komentar
Posting Komentar